
Undang Pembicara dari Berbagai Negara UIKA Jadi Tuan Rumah Seminar Islam Internasional
PRESENTASI: Perwakilan dari Uganda Dr Kabuye Uthman menyampaikan presentasi pada seminar internasional di UIKA, kemarin.
BOGOR-Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mendapat kehormatan menjadi tuan rumah International Seminar on Islamic Education, yang mengangkat tema Islamization of Higher Education Model and Experiences in Muslim World, di Aula Uika, kemarin.
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kampus yang tengah merayakan milad emasnya itu, mengingat pembicara seminar merupakan para ahli dari berbagai negara di dunia. Di antaranya, Sudan, Mesir, Indonesia, Uganda, Kanada dan Malaysia. “Seminar ini merupakan kehormatan bagi kami. Di samping menjadi tuan rumah, seminar ini juga sesuai dengan visi misi kami yang bernapaskan Islam,” ujar Rektor Uika, Ramly Hutabarat.
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIKA, Yusuf Shobiri menambahkan, seminar yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UIKA itu membahas islamisasi pendidikan di perguruan tinggi (PT) bernapas Islam. Selama ini, lanjutnya, PT seperti UIKA, mengalami persoalan dalam proses pendidikan, dimana kurikulum masih didominasi pemikiran tentang sekulerisme yang memisahkan konsep pendidikan Islam dengan pendidikan umum. “Sudah menjadi kewajiban PT berlabel Islam, untuk mengisi kurikulum berdasarkan konsep tentang pendidikan Islam,” kata dia.
Seminar yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan dan daerah itu, bertujuan mencarisolusi atas persoalan dalam pendidikan Islam di Indonesia. Apakah dari sumber daya manusianya yang kurang, atau kurikulumnya yang harus diubah. Seminar juga membahas kemungkinan-kemungkinan solusi terkait legalisasi hukum dan peraturan tentang PT berlabel Islam.
Pembicara yang sengaja didatangkan dari belahan benua lain itu, diharapkan memberi gagasangagasan baru guna membantu mencari solusi. Narasumber, diminta memaparkan pengalaman serta bagaimana konsep pendidikan Islam diterapkan di negara masing-masing. Selain itu, peserta seminar akan belajar dari cara negara lain mengelola kurikulum dan terkait pendidikan Islam. “Seminar yang berjalan hingga 19 Mei 2011, diharapkan memberi pandanganpandangan baru terhadap pengelolaan kurikulum pendidikan di tanah air,” imbuhnya.
Seperti yang dituturkan salah satu pembicara, E Bahruddin yang menyikapi masalah sumber daya manusia. Menurut dia, kompetensi kepala madrasah maupun tenaga kependidikan merupakan gambaran kualifikasi atau kemampuan baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Sehingga, pekerjaan memimpin kepala madrasah tidak bisa dilaksanakan kepada setiap orang yang berilmu. Melainkan, sambungnya, pemimpin tersebut harus juga memiliki kompetensi dalam kepemimpinan di dunia pendidikan secara umum.
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kampus yang tengah merayakan milad emasnya itu, mengingat pembicara seminar merupakan para ahli dari berbagai negara di dunia. Di antaranya, Sudan, Mesir, Indonesia, Uganda, Kanada dan Malaysia. “Seminar ini merupakan kehormatan bagi kami. Di samping menjadi tuan rumah, seminar ini juga sesuai dengan visi misi kami yang bernapaskan Islam,” ujar Rektor Uika, Ramly Hutabarat.
Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIKA, Yusuf Shobiri menambahkan, seminar yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UIKA itu membahas islamisasi pendidikan di perguruan tinggi (PT) bernapas Islam. Selama ini, lanjutnya, PT seperti UIKA, mengalami persoalan dalam proses pendidikan, dimana kurikulum masih didominasi pemikiran tentang sekulerisme yang memisahkan konsep pendidikan Islam dengan pendidikan umum. “Sudah menjadi kewajiban PT berlabel Islam, untuk mengisi kurikulum berdasarkan konsep tentang pendidikan Islam,” kata dia.
Seminar yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan dan daerah itu, bertujuan mencarisolusi atas persoalan dalam pendidikan Islam di Indonesia. Apakah dari sumber daya manusianya yang kurang, atau kurikulumnya yang harus diubah. Seminar juga membahas kemungkinan-kemungkinan solusi terkait legalisasi hukum dan peraturan tentang PT berlabel Islam.
Pembicara yang sengaja didatangkan dari belahan benua lain itu, diharapkan memberi gagasangagasan baru guna membantu mencari solusi. Narasumber, diminta memaparkan pengalaman serta bagaimana konsep pendidikan Islam diterapkan di negara masing-masing. Selain itu, peserta seminar akan belajar dari cara negara lain mengelola kurikulum dan terkait pendidikan Islam. “Seminar yang berjalan hingga 19 Mei 2011, diharapkan memberi pandanganpandangan baru terhadap pengelolaan kurikulum pendidikan di tanah air,” imbuhnya.
Seperti yang dituturkan salah satu pembicara, E Bahruddin yang menyikapi masalah sumber daya manusia. Menurut dia, kompetensi kepala madrasah maupun tenaga kependidikan merupakan gambaran kualifikasi atau kemampuan baik yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Sehingga, pekerjaan memimpin kepala madrasah tidak bisa dilaksanakan kepada setiap orang yang berilmu. Melainkan, sambungnya, pemimpin tersebut harus juga memiliki kompetensi dalam kepemimpinan di dunia pendidikan secara umum.