Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

19 Juli, 2013

Ulama Pejuang dari Kampung Pasarean


Ulama Pejuang dari Kampung Pasarean

Berpuluh kilometer arah Barat jantung kota Bogor, Jawa Barat, Anda mungkin belum mafhum jika ada sebuah tempat bersejarah di sana. Tempat dimana seorang ulama Kharismatik, KH Sholeh Iskandar, merintis mosaik peradaban Islam di salah satu titik di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia.

kyai Nur Ali, Sholeh Iskandar dan M. Natsir
Rute menuju lokasi cukup berliku. Jalan menanjak, lengkap dengan bebatuan terjal harus dilalui. Hujan lebat yang mengguyur Bogor pangkal Februari 2013, menambah berat tantangan Alhikmah memburu saksi sejarah di lokasi itu. Meski tentu tak seberat perjalanan heroik sang Mujahid merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Tiba di lokasi, kelelahan yang mendera seketika sirna. Indah nian alam kampung Pasarean, Cinangneng- Ciampea, Bogor, lokasi Pesantren Darul Fallah bersemayam. Pesantren yang turut menjadi saksi sejarah perjuangan KH Sholeh Iskandar.

Melompat ke masa silam, saat kampung ini hanyalah tanah basah dengan hutan lebat, tak terurus. Dengan tangan emas KH Sholeh Iskandar, berdirilah pesantren Darul Fallah, dan kampung Pasarean, kampung modern tahun 1960. “Saat itu, bapak menjadi ketua Yayasan Darul Fallah pertama,” kata kepala Pondok Pesantren Darul Fallah cum putra pertama sang Kiai, Ustadz Emri Farizi, kepada Alhikmah.

Sosok KH Sholeh Iskandar, memang tak asing lagi ditelinga warga Bogor. Namanya diabadikan menjadi nama jalan protokol, tempat sebuah kampus Islam tegak berdiri, Universitas Ibnu Khaldun (UIKA), Bogor. Kampus yang ia dirikan sekaligus ia pimpin untuk pertama kalinya.

Ulama Pejuang Kemerdekaan

Mental tentara Belanda drop. Bogor yang sudah digempur berkali-kali, tak juga jatuh ke tangan mereka. Salah seorang pejuang muda bernama Sholeh Iskandar dengan gigih mempertahankannya. Saat itu dia adalah komandan tertinggi Hizbullah wilayah Bogor Barat.

Alih-alih penjajah Belanda ingin menguasai Bogor, yang ada malah mereka tunggang langgang, berlari ketakutan. Kemampuan dan kehandalannya mengorganisir pertahanan bersama pasukannya untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Bogor dari invasi Belanda dan pasukan sekutu diakui sendiri oleh pemerintah Belanda. Para komandan perang Belanda mengakui bahwa Sholeh Iskandar adalah salah satu ahli strategi perang gerilya yang dimiliki Indonesia di masa perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

“Kepemimpinan Bapak dimulai dari disiplin militer dalam pertempuran.Sebagai seorang Komandan Batalyon O (Hizbullah) di wilayah Bogor Barat. Batalyon dikenal sebagai pasukan yang ditakuti Belanda. Selain dari cerita turun temurun para saksi sejarah, ihwal fakta bahwa batalyon O begitu ditakuti Belanda didapat secara tidak sengaja ketika RM Oentoro Koesmardjo, sekretaris dan orang terdekatnya di Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun Bogor, ditugaskan ke negeri Belanda. Di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, ia temukan sebuah majalah lama.

“Dalam majalah itu ada ulasan mengenai Sholeh Iskandar sebagai pimpinan pasukan yang sangat ditakuti tentara Belanda di masa revolusi.Sering konvoi tentara Belanda mendapat serangan mendadak sehingga perbekalan, bahkan senjata yang dibawa serta konvoi itu beralih ketangan pasukan Batalyon O,” kata Ustadz Emri Farizi, mengenang.

Sepenggal waktu berlalu, kemerdekaan berhasil direbut. Soekarno memegang tampuk kekuasan negeri ini. Sholeh Iskandar tak lama menjadi anggota TNI, kemudian berhenti dengan pangkat terakhir Kolonel Angkatan Darat dari Kesatuan Siliwangi. Beberapa kali ia diminta Presiden Soekarno ke Istana Bogor, untuk menjadi pembantunya sebagai menteri Veteran, namun ia menolak. Tak seberapa lama dari waktu penolakan itu, ia malah ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan rezim demokrasi terpimpin selama 4 tahun tanpa proses hukum.

Besar kemungkinan lantaran aktivitas Kiyai Sholeh dalam kegiatan politik Islam, sebagai salah satu pengurus partai Masyumi bersama Muhammad Natsir, KH Noer Alie (Bekasi) dan beberapa ulama lainnya. Garis politik Masyumi memang berseberangan dengan gagasan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis)-nya Soekarno.

Berkiprah di Bidang Sosial dan Pendidikan

Tahun 1967, selepas dari penjara, KH Sholeh Iskandar lebih banyak berdakwah di bidang sosial dan pendidikan. Ia pun ‘naik gunung’ ke Darul Fallah, pesantren yang ia dirikan tahun 1960. Namun, saat ini kondisinya sungguh berbeda dengan pertama kali ia dirikan. Selama ia mendekam di penjara, kondisi pesantren tak terurus.

“Tahun 1967 penguasaan pesantren dikembalikan lagi kepada Yayasan atas jasa Letnan Jenderal Alamsyah Ratuperwiranegara, yang waktu itu sebagai Sekretaris Negara dengan ganti rugi ala kadarnya. Perkampungan Pesantren Pertanian Darul Fallah selama Sholeh Iskandar ditahan digunakan oleh pemerintah untuk menampung pasukan dari Irian Barat (sekarang Papua_red) yang akan dikirim ke Malaysia semasa konfrontasi.” tutur Ustadz Emri Farizi.

Setelah itu, Emri melanjutkan, Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah dipimpin lagi oleh Sholeh Iskandar, sedangkan Direktorium Pesantren dipimpin oleh Ir.M.Sholeh Widodo dan kolega-koleganya dari IPB dan UIKA. Mereka turut serta mengelola Pesantren Pertanian Darul Fallah yang mendidik calon pemimpin berasal dari daerah pedesaan Indonesia.

Tahun 1968, Yayasan Ibn Khaldun (UIKA) dipimpin KH Sholeh Iskandar. Ia pensiun dari dunia kemiliteran. Hingga tahun 1970-an ia masih melakukan konsolidasi pada dua Yayasan yang dipimpinnya yaitu; Yayasan yang memayungi UIKA dan Yayasan Darul Fallah secara formal.

Di samping kedua institusi itu, ia pun aktif mengasuh dan mengayomi serta melayani umat. Kadang-kadang kepeduliannya terhadap permasalahan umat yang dilandasi ghirah keislaman yang kuat berseberangan dengan kebijakan pemerintah. Tahun 1969, misalnya. Atas bantuan badan dunia (UNICEF), pemerintah mendorong masyarakat melaksanakan Program Keluarga Berencana (KB) yang dalam prakteknya merupakan pembatasan kelahiran.

KH Sholeh Iskandar ketika itu menyerukan umat untuk tetap berpendirian bahwa sumber rezeki berasal dari Allah SWT. Agar senegap kaum muslimin menyerahkan urusan kelahiran, kematian dan rezeki sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Justru, menurutnya, yang dianjurkan adalah meningkatkan etos kerja untuk memperoleh karunia Allah SWT.

Tak berhenti di situ, ia terus begerak, menggagas pendirian Rumah Sakit Islam Bogor. Selain itu, pada tahun 1972 Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat pun ia pimpin dalam kesempatan pertemuan para ulama di Cianjur. Kegiatan BKSPP Jawa Barat cukup banyak dan berhasil mengatasi persoalan yang dihadapi pondok pesantren di perlabagai pelosok desa, semisal: Proyek air bersih, pembangunan pondok-pondok yang memadai bagi kesehatan dan kenyamanan santri dan Kyai, hingga kurikulum yang memasukkan shirah Nabi dan Sahabat serta sejarah Islam.

“Untuk program pembangunan fisik, dijalin kerja sama dengan lembaga dari dalam dan luar negeri. Demikian pula dalam perbaikan gizi dan kesehatan santri-kiyai dibentuk tim kesehatan keliling. Tim Dokter muslim memeriksa kesehatan kiyai dan ustad pondok pesantren. Khusus untuk pengajaran bahasa Arab, dosen-dosennya didatangkan dari universitas-universitas dari Timur Tengah pada saat libur musim panas; selain itu juga membuka kursus-kursus bahasa Arab di pondok pesantren.Lulusan terbaik dari kursus tersebut dikirim ke Timur Tengah untuk belajar di Universitas di Saudi Arabia, India, Pakistan, dan lain-lain,” tambah Emri Farizi.

Di bidang ekonomi, KH Sholeh Iskandar berhasil mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah. Mulanya karena keprihatinannya terhadap usaha mikro rakyat yang dililit oleh pinjaman uang dengan bunga berbunga. Ia berupaya mendorong sistem ekonomi Islam sejak era 80-an. 
Hingga menjelang akhir hayatnya, ulama Kharismatik ini masih terus istiqomah berjuang membela kepentingan umat. Tahun 1992, umat Islam berduka. Di usia 70 tahun, sang Khalik memanggilnya pulang. Semoga Allah memberi tempat terbaik untuknya. Amiin.

sumber: Majalah Al-Hikmah

adds