Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

29 Juni, 2013

Dampak merokok bagi mahasiswa

75% penduduk di Indonesia berusia 17 tahun keatas adalah perokok" (Riskesdas 2010)

Indonesia menduduki posisi peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India (WHO 2011) dan tetap menduduki posisi peringkat ke 5 konsumen rokok terbesar setelah  China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2010. Lebih dari 40,3 juta anak indonesia berusia 0-14 Tahun tinggal dengan perokok dan menjadi perokok pasif.

Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik utamanya aspek kesehatan.

banyak penelitian telah dilakuakan bahwa merokok tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga merusak ekonomi, rumah tangga, bahkan negara.  pembelian rokok dan menghisap rokok merupakan perbuatan mubazir, sementara untuk mahasiswa, mengkonsumsi rokok bisa berdampak pada berberapa aspek yang mengganggu jalannya studi. hal ini disampaikan oleh Bpk. Suprianto., Spd., M.Kes mantan kepala bidang Keperawatan Rs. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang juga wakil dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.

Suprianto menambahkan, "aspek-aspek tersebut antara lain aspek kesehatan, sudah jelas, sebagai akademisi kita semuanya paham bahkan di kampus pun sudah tidak terhitung beberapa kali ada seminar dan ada penyuluhan mengenai rokok, bahkan disetiap sudut gedung sudah tertempel poster mengenai dampak mengkonsumsi rokok dan larangan merokok di area pendidikan, cuma dalam implementasinya  relatif sulit. dampak lain adalah mengganggu konsentrasi belajar,  kecenderungan mahasiswa perokok adalah, tidak tahan jika berlama-lama tidak merokok, mereka bilang "asem mulutnya pa!" jadi untuk duduk selama 2 jam kuliah pun ia merasa berat karena tidak bisa merokok yang berdampak pada sulitnya konsentrasi. Dari Faktor ekonomi, kami meneliti kecederungan mahasiswa yang menunggak bayaran kuliah diakibatkan uang kuliah yang di berikan orangtua, terpakai untuk keperluan-keperluan lain, salah satunya adalah biaya untuk membeli rokok, intinya mudoratnya lebih banyak lah, tandasnya.Jika sudah kecanduan ya memangsulit. Dari segi konsentrasi belajar, seorang perokok biasanya"

Suprianto menjelaskan, kenapa kecenderungan mahasiswa cukup besar untuk mengkonsumsi  rokok, faktor terbesarnya adalah lingkungan, pada awalnya mahasisiswa ingin diakui dikomunitasnya oleh teman-teman sebayanya kemudian coba-coba merokok, dalam mainset mereka orang yang tidak merokok itu culun, banci, dll, hingga tak ada pilihan bagi mereka jika ingin di akui dalam pergaulan menurut mereka ya harus mengikuti teman-teman yang lainnya (merokok)".

Pemerintah juga dalam hal ini tidak konsisten akan peraturanya,  disisilain mereka memandang bahwa merokok memiliki dampak yang tidak baik sehingga perlu diatur dalam distribusi dan konsumsinya, disisi lain rokok adalah komoditas yang menjanjikan sebagai pemasukan daerah dari cukai dan pajak iklannya sehingga sayang untuk di hapuskan, inilah ketidak konsistenannya, beda dengan negara seperti singapura, perda rokok di terapkan dengan tegas, akan tetapi pemerintah tidak diskriminatif terhadap perokok, ini dibuktikan dengan di berbagai tempat disiapkan ruangan khusus untuk perokok, mereka hanya menindak oknum yang merokok di area bebas rokok saja.


adds