Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

21 April, 2014

Potensi Ekonomi & Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pariwisata di Kota Bogor

Tol Bogor Outer Ring Road Siap Beroperasi Mei 2014
Kota Bogor memiliki posisi geografis yang sangat strategis dan potensi pariwisata yang sangat prospektif. Dengan kemudahan akses pencapaian dari Ibukota Jakarta dan Ibukota propinsi (Bandung), Kota Bogor sangat potensial sebagai “counter magnet” atau magnetpemecah bagi kunjungan wisatawan ke Ibukota Jakarta dan bahkan bagi kunjungan wisatawan ke Bandung.
Keberadaan Istana Presiden dan Kebun Raya yang memiliki ribuan koleksi tanaman tropis serta peninggalan situs peninggalan budaya sunda, serta potensi wisata alam dan olahraga membawa Kota Bogor ke depan sangat potensial dikembangkan sebagai pusat industri pariwisata di Jabodetabek. Potensi wisata yang bertebaran dengan minimnya fasilitas di Kabupaten Bogor membawa keuntungan tersendiri bagi Kota Bogor sebagai Kota Penginapan dan pusat pelayanan wisatawan yang datang ke wilayah Bogor dan sekitarnya. Dukungan pemerintah pusat dengan mendorong pertumbuhan infrastruktur transportasi jalan toll yang sangat gencar, jalur kereta api rel listrik double track dari Jakarta ke Bogor, serta rencana pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta-Bogor niscaya akan membawa energi yang sangat positif untuk pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi sektor pariwisata di Kota Bogor. Potensi ekonomi sektor pariwisata menjadi lebih dahsyat jika rencana percepatan pembangunan toll Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) yang menghubungkan Bogor-Ciawi-Sukabumi terealisasi dalam waktu dekat. Beroperasinya toll Bocimi secara otomatis akan memperkuat peran Kota Bogor sebagai titik keluar masuk (inlet-outlet) bagi barang dan jasa dari Jabar ke Ibukota Jakarta, dan sekaligus menjadikan Kota Bogor sebagai pusat kegiatan dari wilayah-wilayah di sekitarnya.

Potensi Pariwisata Kota Bogor
Puncak, Destinasi Wisata Bogor yang tiada duanya

Berdasarkan data statistik, beberapa tahun terakhir, geliat pertumbuhan sektor pariwisata di Kota Bogor berkembang sangat cepat. Merujuk data yang dilansir Pemkot Bogor, tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Bogor terus mengalami lonjakan drastis. Pada periode 2011, tercatat sebanyak 3.264.169 orang. Wisatawan dalam negeri mencapai 3.112.414 orang, dan 151.755 orang wisatawan mancanegara. Sepanjang tahun 2012, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor diperkirakan melampaui 3,4 juta orang. Ke depan, jumlah wisatawan ini potensial akan membengkak, mengingat pertumbuhan sarana-prasarana transportasi yang cukup pesat dan animo wisatawan domestik serta mancanegara yang sangat positif terhadap Kota Bogor. Letak Kota Bogor yang relatif dekat dengan Jakarta dengan fasilitas yang lumayan memadai, juga membawa Kota Bogor menjadi tempat favorit bagi instansi pemerintah dan swasta di Jakarta yang mengadakan rapat, kegiatan, konferensi dan pameran (meeting, incentives, conference and exhibition). Dengan melihat momentum pertumbuhan ekonomi dan pariwisata diatas, Kota Bogor selayaknya memanfaatkan potensi tersebut dengan meningkatkan ketersediaan sarana-prasarana yang mendukung bagi kegiatan sektor pariwisata, menyiapkan sumberdaya yang mendukung sektor pariwisata, mengembangkan produk barang dan jasa yang dapat ditawarkan ke wisatawan serta melakukan inovasi pengembangan kegiatan pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan yang datang. Langkah ini merupakan upaya nyata untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan keunggulan kompetitif Kota Bogor sebagai tujuan wisata.

Salahsatu indikator tumbuhnya ekonomi pariwisata di Kota Bogor adalah berkembangnya jumlah penginapan/hotel, restaurant, factory outlet, usaha jajanan (kuliner), serta usaha jasa berbasis sektor pariwisata lainnya seperti halnya rental mobil, industri hiburan, jasa pariwisata, serta ticketing. Hal lain yang patut dihitung adalah berkembangnya sektor informal yang potensial mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Maraknya perkembangan kegiatan pariwisata yang dibangun oleh swasta membawa peluang kemungkinan dikembangkannya kemitraan antara pemerintah dan swasta (public private partnership) dalam membangun industri pariwisata di Kota Bogor. Tidak mustahil ke depan perlu dikembangkan penyediaan fasilitas-fasilitas pariwisata yang dibangun oleh Pihak swasta guna memanfaatkan potensi ekonomi sektor Pariwisata yang ada. Hal ini bahkan menjadi salahsatu opsi penting yang perlu diambil oleh pemerintah daerah Kota Bogor mengingat keterbatasan APBD Kota Bogor. Pembangunan museum sejarah Sunda serta pasar seni dan budaya misalnya, merupakan salahsatu langkah strategis yang perlu dikaji untuk menarik lebih banyak wisatawan yang datang ke Kota Bogor. Sejarah panjang Bogor sebagai pusat budaya sunda merupakan modal strategis yang tidak dimiliki wilayah lain. Berdirinya kerajaan Hindu pertama di Indonesia, Taruma Nagara pada abad ke-5 serta kebesaran kerajaan Padjadjaran tempo dulu dapat dieksplorasi dan dikembangkan menjadi daya tarik wisatawan. Pembangunan museum sejarah dan pasar seni sunda dapat mendatangkan 2 keuntungan sekaligus, yaitu keuntungan bertahan dan berkembangnya budaya sunda serta keuntungan ekonomi berupa peningkatan pendapatan daerah. Jika suatu saat keberadaan museum sejarah sunda dan pasar seni terealisasi, niscaya juga akan menyerap lapangan kerja yang tidak sedikit.

 Pariwisata, UKM dan Penyerapan Tenaga Kerja

Salahsatu hal penting yang perlu kita lakukan saat ini adalah mengkaji apakah pertumbuhan sektor pariwisata beberapa tahun ke belakang telah memberikan nilai tambah (value added) yang maksimal bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat kelas bawah. Ukuran paling sederhana yang bisa kita kembangkan untuk menghitung nilai tambah berkembangnya sektor pariwisata adalah dengan menghitung jumlah tenaga kerja yang terserap dari industri pariwisata tersebut. Agar pertumbuhan sektor pariwisata dapat mendatangkan nilai tambah langsung semaksimal mungkin bagi masyarakat, perlu dikaji juga kemungkinan untuk menerapkan Peraturan Daerah (Perda) agar usaha-usaha yang berkembang di sektor pariwisata, seperti halnya hotel, restoran, dan usaha pendukung pariwisata lainnya menggunakan tenaga kerja asli Bogor atau yang berdomisili di Kota Bogor (KTP Bogor). Didalam Perda tersebut bisa saja diterapkan kewajiban bagi para pengusaha untuk menggunakan 40-50% tenaga kerjanya yang berdomisili dan memiliki KTP bogor.  Sejalan dengan penerapan Perda tersebut, tentu saja Pemerintah Daerah (Pemda) juga harus mendukung penyiapan tenaga kerja yang siap pakai dan berkualitas dengan cara misalkan mengarahkan Balai Latihan Kerja (BLK) yang mengutamakan pendidikan dan latihan di sektor pariwisata.  Dengan supply tenaga kerja yang cukup secara kuantitas dan kualitas, niscaya tercipta hubungan saling menguntungkan antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat. 

Geliat industri pariwisata di Kota Bogor juga potensial membangkitkan Usaha kecil menengah (UKM) dan berpotensi menyerap ribuan tenaga kerja. Potensi wisatawan yang telah datang ke kota Bogor mendatangkan peluang bagi industri kuliner/makanan kecil khas Bogor dan membangkitkan industri souvenirs atau kerajinan lokal. Sebagai bahan perbandingan, ada baiknya Kota Bogor perlu belajar dari Kota Yogya yang memiliki kue khas Yogya yaitu Bakpia pathok atau Semarang yang memiliki kue khas Wingko babat, dimana mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Sebagai contoh lain, Kota Bogor juga mungkin perlu menyerap pengalaman Bali dan Yogyakarta untuk melihat bagaimana industri souvenirs/kerajinan lokal dapat menyerap ribuan tenaga kerja. Untuk membangkitkan UKM di Kota Bogor tentu saja bukan persoalan mudah, namun dengan potensi jumlah wisatawan yang telah datang di Kota Bogor peluang tumbuhnya UKM yang bergerak di industri kuliner dan industri kerajinan terbuka sangat lebar. Untuk mendukung kemungkinan berkembangnya industri kuliner dan kerajinan lokal, perlu dijajaki studi tentang langkah-langkah penting yang dilakukan Pemda untuk mendukung tumbuhnya kedua industri tersebut. Secara kasat mata, problem mendasar yang diperlukan UKM pada umumya adalah masalah permodalan dan pemasaran. Untuk itu perlu dijajaki berbagai kemungkinan Pemda untuk mencarikan alternatif solusi permodalan dan pemasaran bagi UKM. Jika Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) kota Bogor tidak mungkin dibebani, opsi-opsi pembiayaan lain bagi UKM perlu dikembangkan, misalkan melakukan kerjasama dengan bank pemerintah, BUMN, swasta atau lembaga lainnya dengan dasar kerjasama saling menguntungkan. Dari sisi pemasaran, langkah jangka pendek yang dapat dijajaki antara lain mengeluarkan peraturan daerah agar pengusaha besar yang bergerak di sektor pariwisata, misalkan hotel, restoran, factory outlet dll menyediakan “ruang yang cukup” bagi pemasaran produk kuliner dan kerajinan yang dihasilkan UKM. Dalam jangka menengah dan panjang, bisa dikembangkan pilihan untuk mendirikan Museum budaya, Pasar Seni dan Pasar Kuliner bagi UKM. Sebagai tambahan, jika museum budaya dan pasar seni dapat terealisasi, niscaya juga akan menyerap lapangan kerja bagi para seniman dan budayawan di Kota Bogor.

Sebagai penutup, dari narasi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Bogor cukup besar dan ke depan berpotensi terus meningkat, membawa perkembangan pada sektor pariwisata serta potensial menyerap tenaga kerja dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Untuk memelihara potensi dan manfaat ekonomi, seluruh pihak yang terkait didalam pembangunan sektor pariwisata perlu bekerjasama untuk meningkatkan kinerja sektor ini. Dengan menimbang potensi ekonomi di sektor pariwisata ini, perlu disiapkan langkah-langkah strategis untuk membangun ekonomi Kota Bogor dengan Sektor Pariwisata sebagai sektor basis. Harapan akhir yang ingin dicapai dari pembangunan sektor pariwisata ini adalah kemakmuran dan tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bogor yang meningkat.

adds