Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

16 Juli, 2011

Belajar makna hidup dari pemulung kecil.

Belajar makna hidup dari pemulung kecil.
Oleh : Nurdin Al-Azies

Terkadang disetiap saat di kehidupan kita, kita tak bisa menghitung berapa banyak keluhan dan cacian terhadap proses kehidupan yang kita jalani. Jikalau kejayaan dan kesenangan menghampiri kita , tak teringat sedikitpun rasa syukur yang kita berikan terhadap sang Khaliq yang maha memberi. Sungguh picik hidup kita, disaat kehidupan ini dihadapkan pada keterpurukan, setiap saat didalam perjalanannya pasti terdapat kata-kata mengeluh, menghardik, mencaci, mencari kambinghitam dari kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Serasa tak ada satupun rahmat yang diberikan kepada diri ini. Tertutup penglihatan kita, tertutup pendengaran kita, tertutup indra kita karena kita terlalu fokus akan permasalahan hidup yang menimpa kita pada saat itu.

Rekan-Rekan itulah permasalahan yang biasa kita hadapi didalam kehidupan ini. Dan inipula yang terjadi kepada saya beberapa waktu yang lalu, ketika keterpurukan melanda, tetapi Allah memperlihatkan sesuatu luar biasa yang merubah semangat hidup ini jauh dari sebelumnya ketika mengalami kejayaan. Sungguh karunia tertinggi.

Berawal dari keterpurukan ekonomi yang melanda saya pada waku itu hingga kosan tak bisa lagi terbayarkan, ditambah beban kuliah yang tada habis-habisnya, pekerjaan kantor yang terus menuntut untuk terselesaikan ditambah keberadaan organisasi yang saya anggap carut marut, menjadikan beban didalam hidup ini bagaikan bongkahan batu besar yang ada diatas pundak. Hampir tak kuasa tubuh ini untuk memikulnya, seakan-akan langit yang cerah terasa gersang dipenglihatan, suara-suara kendaraan yang terdengar seakan-akan menjadi satu ejekan kepada saya pada waktu itu. Sungguh keterpurukan diri yang teramat jatuh.
Nilai kuliah kian merah, tugas kantor kian susah, dan organisasi tak bisa lagi terarah, didalam otak ini hanya terpikir satu kata “ hidup ini SULIT “.

Hingga suatu saat, ketika hendak pulang dengan berjalan kaki menuju tempat kost dengan penuh kemalsan, pada saat ini langit sudah semakin gelap karena waktu sudah petang ditambah suasana Alam seakan-akan mau memuntahkan airnya, bagaikan terlarut dengan suasana hati kala itu. Betul saja air mulai turun membasahi tanah yang tadi kering bahkan berdebu. Saya bergegas menuju halte bis untuk berteduh. Saat duduk melamun dan menikmati minuman yang tadi dibeli dari kantin, dari kejauhan remang-remang terlihat anak kecil memikul karung lebih besar dan lebih tinggi dari badannya dan terlihat beban yang dipikulnya cukup berat, bergegas lari menghampiri halte bis yang saat itu dipakai saya untuk berteduh. Sungguh satu tontonan luar biasa yang pada waktu itu bisa membuat saya tertegun tak bisa berkata-kata lagi.

Menghampiri anak kecil itu dengan napas yang tersengal-sengal, terlihat bibirnya yang kering dan tenggorokan yang naik turun nampak seperti sangat kehausan. Sontak tak berpikir panjang saya memberikan es yang sedang saya nikmati untuk saya berikan pada anak itu. “ ade haus, ini kaka punya es, ambil..! “ terlihat senyuman tulus dari anak kecil itu, dan satu kata yang membuat hati ini bergetar hingga tak bisa berkata-kata kembali, “Terimakasih ka, Alhamdullilah ya Allah, hamba bisa minum!.

Sungguh besar pelajaran yang diberikan oleh anak ini pada waktu itu, terlebih lagi saya perhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki keadaan anak itu, begitu lusuh mukanya, bahkan sedikit kotor mungkin karena terlalu lama mengais-ngais sampah plastik, itu bisa terlihat dari isi karung yang dia pikul. Lantas saya begitu penasaran akan keadaan hidupnya.

Saya memberanikan diri untuk bertanya. “Adik habis dari mana ? ko bawa karung besar seperti ini ” saya mengawali perbincangan, anak itu menjawab “ biasa ka berusaha cari uang” dengan lugu nya, mimik wajah tersenyum manis, subhanallah begitu tinggi budi pekertinya, tak ada keluahan yang terlontar dari perkataannya sedikitpun, bahkan rasa optimis yang dia tonjolkan, sehingga saya iri pada waktu itu, saya bertanya kembali “usia ade berapa, orang tuanya kemana ?” lantas anak itu terdiam wajahnya sedikit ditengadahkan keatas, melirik langit yang pada saat itu masih hujan sangat deras, “Ayah sudah meninggal ka, Ibu kini sedang menunggu saya pulang dirumah, saya harus bergegas pulang masih banyak yang harus saya kerjakan. Assalamualaikum... terimakasih airnya, mudah-mudahan saya bisa bertemu kakak kembali”. Itulah jawaban yang terlontar dari mulut kecilnya, yang justru bukan memberikan sebuah jawaban kepada saya, melainkan saya semakin penasaran dibuatnya, dalam hati saya bertanya pada diri ini “ bagai mana kehiadupan dia sebenarnya, bagaimana kondisi ibunya sebenarnya, kok bisa! anak sekecil itu mengais-ngais sampah hingga sore seperti ini, tanpa menggunakan sandal, bertelanjang kaki dengan kaos lusuh, apakah ibunya ga mengurus dia ?” hardik saya pada waktu itu.
Tanpa sadar tak terlihat lagi sosok anak kecil itu ditelan derasnya hujan dan gelapnya malam, membuat sata menarik napas panjang. Hujan sudah semakin reda hanya tinggal sisa-sisanya saja, kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju rumah kost saya.
Saya kost sendiri, dan letaknya agak jauh dari kampus, oleh karenanya tak ada teman yang mau menemani karena terlalu jauh dari kampus. Sesampainya di kost-an saya membuka pintu dan menyalakan lampu. Teringat peristiwa yang saya lewati tadi sewaktu dihalte sehingga memicu kepenasaran saya untuk bisa bertemu dengan anak kecil itu kembali.
Bergegas untuk mandi dan melaksanakan solat magrib yang sudah hampir telat karena perjalanan pulang yang tertunda hujan. Seusai solat saya hanya bisa meneteskan airmata, airmata penyesalan karena terlalu sempit pikiran ini jikalau hanya berfokus pada keadan pribadi ini, yang jauh lebih baik dari keadaan pemulung kecil yang tadi saya temui. Hinga tiba waktu isya saya mencoba untuk membuka laptop yang ada diatas meja kamar, lantas menuliskan cerita ini agar menjadi hikmah bagi para pembaca semuanya. Hingga tak terasa kini waktu yang saya lewati sudah larut malam.
***oo00oo***


adds