Estafet Da’wah
Oleh :Arizqi Ihsan Pratama
Hujan deras di luar tak terdengar
sedikitpun di ruangan ini, di Aula yang
terletak di Lantai 3 Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, ruangan ini tertutup
rapat karena memang berAC, ruangan yang selalu menjadi sejarah bagi kami
untuk memilih para pemimpin/mas’ul dakwah selanjutnya.
Seorang ketua yang akan segera turun jabatan
itu akhirnya berbicara setelah satu jam tadi bermusyawarah untuk menentukan
siapa mas’ul selanjutnya.
“Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. ikhwah fillah, Perjuangan ini masih panjang, meski kita kadang telah nampak letih, masa depan masih butuh pengorbanan kita, meski telah banyak mengorbankan apa yang kita miliki, seribu uji mari kita hadapi, seribu salah mari kita perbaiki, seribu jalan mari kita lewati, Alhamdulillah syuro untuk menentukan siapa pengganti ana selanjutnya sudah usai dan tentunya dengan beberapa pertimbangan dalam musyawarah dengan menyebut bismillah insya Allah Akhuna…….???!!!” suasana hening, hanya suara yang berasal dari mesin pendingin ruangan itu yang terdengar sayup, karena memang sudah lama tidak di service. ketiga para calon mas’ul yang duduk didepan sana hanya tertunduk resah.
“Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. ikhwah fillah, Perjuangan ini masih panjang, meski kita kadang telah nampak letih, masa depan masih butuh pengorbanan kita, meski telah banyak mengorbankan apa yang kita miliki, seribu uji mari kita hadapi, seribu salah mari kita perbaiki, seribu jalan mari kita lewati, Alhamdulillah syuro untuk menentukan siapa pengganti ana selanjutnya sudah usai dan tentunya dengan beberapa pertimbangan dalam musyawarah dengan menyebut bismillah insya Allah Akhuna…….???!!!” suasana hening, hanya suara yang berasal dari mesin pendingin ruangan itu yang terdengar sayup, karena memang sudah lama tidak di service. ketiga para calon mas’ul yang duduk didepan sana hanya tertunduk resah.
“ Muhammad Hafidz is the next leader” ujar sang ketua yang sebentar lagi turun jabatan itu dengan suaranya yang lantang.
Suara takbir dari para peserta sidang pun memecah keheningan itu….
Satu demi satu air mata berjatuhan membasahi pipinya, mukanya memerah, ini pertamakalinya aku melihat Hafidz sahabatku menangis dengan sesedu-sedunya.
Mungkin berat baginya untuk mengemban amanah besar ini, meneruskan estafet kepengurusan selanjutnya. Menjadi mas’ul, menjadi tauladan bagi sahabat-sahabatnya. Rasanya baru kemarin dia bergabung di lembaga dakwah ini, tetapi sekarang sudah diamanahi sebagai ketua umum di lembaga Dakwah ini yang akan membawa arah dakwah kampus selanjutnya.
Terbesit dalam fikirannya, ayahnya yang sedang berbaring sakit di rumah
dan dia harus menggantikan ayahnya bekerja demi menghidupi keluarga, tiga orang
adik yang harus dia asuh. Anak-anak kecil di kampung yang harus ia ajar
mengaji. “Mengapa harus aku? Mungkinkah aku bisa? Sanggupkah aku menjalankan
semua ini?” Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang dalam benaknya. “Ya Allah, berikan aku petunjukmu.” Ujarnya
dalam hati.
MC
pun memintanya untuk memberikan sepatah duapatah kata-kata sambutan dari ketua baru yang telah terpilih, ketika itu
suasana pun menjadi hening. “mau ngomong apa aku? Bahkan untuk berdiri pun aku
tak sanggup, untuk memandang kedepan pun aku tak sanggup”.ungkapnya dalam hati.
Lima menit berlalu tanpa suara.
Tiba-tiba hanphone nya pun berbunyi tanda ada sms masuk:
“akhi, Jika da’wah adalah jalan panjang, maka jangan pernah berhenti temukan penghujungnya. Tapi siapkan kendaraan untuk percepat sampai pada tujuan . jika da’wah bebanya berat, jangan minta yang ringan, tapi mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya. Dan jika da’wah pendukungnya sedikit, maka jadilah yang sedikit itu karena da’wah butuh orang-orang pilihan dalam setiap warnanya, semangat akhi, ana yakin antum bisa, Allah bersam kita”
Alhamdulillah, sms yang datang dari
seorang sahabat tadi memberinya inspirasi, “ya Allah, jika memang ini
kehendakmu, aku siap, aku akan berjuang di jalan ini, untuk menyeru kebaikan
demi agamamu, aku selalu yakin intansurullah yansurukum, wa yusabit
akdamakum. akhirnya dia beranikan
diri untuk berdiri, untuk menatap para audience, para pejuang dakwah yang sedang menunggu ada-aba dari sang mas’ul
barunya, dia pandang satu persatu sahabatnya itu, terlihat dari sorot mata mereka
bahwa mereka siap untuk berjuang mengarungi samudra dakwah selanjunya
bersamanya. Suasana itu membuat Hafidz semakin bersemangat, semakin yakin bahwa
dia mampu.
“Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Sejujurnya berat hati ini untuk
mengemban amanah yang besar ini, rasanya belum pantas bagi ana untuk menjadi
seorang mas’ul di sini, tapi apa daya, jika dakwah yang meminta sulit hati ini
untuk berkata tidak, ana ucapkan terimakasih bagi asatidz, alumni, dan antum
antuna semua para kader dakwah, yang telah mempercayai ana untuk menjadi mas’ul
di sini, ana mohon dukungan, bantuan, kerja sama antum antuna semua dalam
mengemban amanah ini agar kita bisa lebih baik kedepanya, sesuai dengan moto
kita yaitu menjadi generasi Robbani yang berahlak Qur’ani, tapi itu semua tidak
akan bisa tercapai tanpa bantuan kalian semua, apalah artinya ana sendiri jika
tanapa kalian semua. Jika da’wah adalah jalan yang panjang, jangan pernah
berhenti temukan penghujungnya. Tapi siapkan kendaraan untuk percepat sampai
pada tujuan . jika da’wah bebanya berat, jangan minta yang ringan, tapi
mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya. Dan jika da’wah pendukungnya
sedikit, jadilah yang sedikit itu karena da’wah butuh orang-orang pilihan dalam
setiap warnanya, mari kita arungi samudra dakwah ini dengan penuh semangat dan
jangan pernah menyerah”
Wassalamualaikum..”
Takbir pun kembali bergemuruh
menghidupkan suasana di ruangan itu. Seiring berjalannya waktu Akhrinya acara
pun selesai, teman-temannya menyalaminya, memberikan semangat, memberikan
motivasi. “akhi, antum ga sendiri, insayaAllah kita berjuang bersama”. “akhi,
barokalloh fiik”, “akhi, antum kenapa nangis, jangan cengeng dong, malu tuh
diliatin akhwat.. hehehe, semangat akhi”. Dll....
Tak sampai disitu, sms pun berdatangan
satu demi satu memenuhi memori pesannya, diantara sms yang dia dapat dari
sahabatnya:
“Aku bisa menggambarkan karakter seorang mujahid yang telah menyiapkan perbekalan dan persiapannya yaitu dakwah selalu ada di setiap sudut jiwanya, memenuhi relung hatinya, ia selalu dalam kondisi berfikir dan sangat perhatian agar ia dapat berdiri diatas kaki yang selalu siap sedia. Jika diseru ia menjawab, jika di panggil ia memenuhi panggilannya, langkahnya bicaranya, ruhnya, kesungguhannya, peranannya selalu dalam lingkup medan dakwah yang ia prsiapkan dirinya untuk hal tersebut (hasan al bana) barakalloh atas amanah barunya..“Dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya, Dia telah memilihmu, dan Ia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama, Allah telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dulu dan begitu pula dalam Al-Qur’an . Agar Rosul itu menjadi saksi atas dirimu dan segenap manusia. Maka laksanakan shalat, tunaikan zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah, Dialah pelindungmu. Dia sebaik-baik pelindung dan penolong” (Al-Hajj:78), akhi teruslah bergerak, jangan pernah berhenti karena satu duri menghadangmu, padahal kau telah melewati ratusan duri, maka teruskanlah perjalanan ini dan persiapkan dirimu untuk menghadapi ribuan duri lain yang akan menghalangi perjalanamu, yakinlah Allah bersama kita. Semangat akhi, antum bisa ”
“Barakallah fiik. Congratulation, I am very proud akhi, semoga kesempatan menjadi ketua bisa semakin dekat dengan Allah, menambah ilmu, brtambah bijak. Dan mudah2han semakin dihormati oleh anggota2. Ma’aka najah wa salamah.”
akhirnya hari-harinya pun dilalui dengan
kesibukan yang luar biasa padat, walau kadang ditengah-tengah perjalanan banyak
dinamika yang terjadi, banyak kerikil-kerikil yang kadang membuatnya goyah,
banyak duri yang membuatnya perih, tetapi dia tetap berusaha untuk tetap
bertahan di jalan dakwah ini, jalan pewaris para nabi, dia tetap semangat,
tetap “semangat berdakwah karena Allah”, dia tetap berusaha memaksimalkan
amanah-amanahnya, mengatur dan membagi waktu, antara kuliah, organisai dan
bekerja.
Satu tahun pun berlalu, hingga tiba akhirnya dipenghujung
tahun ini untuk suksesi, mempersiapkan kepengursan selanjutnya, dan mencari Who
is the next leader? Sama seperti waktu itu.
Al-Hijri II
Dipenghujung
Tahun