Dari penomena pembakaran bendera tauhid, sesunggunya Allah memperlihatkan kepada dunia, bahwa kalimat Lailahaillallah, bukanlah milik satu golongan saja, apalagi milik kelompok teroris, kalimat agung ini adalah kalimat keimanan yang mempersatukan umat Islam.
maka sebagai kaum Muslimin, menjaga panji Islam adalah wajib hukumnya, dan mari kita belajar dari kisah sahabat satu ini.
Suhada itu bernama Mus,ab bin umair, beliau adalah permata diantara para pemuda Quraisy. Dia memiliki wajah yang tampan dan juga penampilan yang menawan.
Orangtuanya bergelimang harta. Ibunya begitu memanjakannya, ia adalah putra kesayangan, hingga apa yang Mus'ab inginkan, terpenuhi semuanya.
Semua berubah ketika hidayah menyirami hatinya. Dia memberanikan diri mendekati rumah Al-Arqam bin Abdul Arqam untuk menjemput kebaikan hakiki.
Rumah Al-Arqam menjadi telaga yang menyejukan bagi mereka yang baru mengenal islam. Di sanalah Nabi mengajarkan Qur'an dan hakikat Tauhid.
Setelah melafadzkan syahadat dengan penuh keyakinan, hidup Mus'ab yang penuh dengan kemewahan berubah 180 derajat.
Mus'ab menyadari bahwa jalan yang dia pilih bukanlah jalan yang mudah, namun dia telah membulatkan tekadnya untuk menghadapinya
Pada awalnya, Mus'ab menyembunyikan identitas barunya, terutama dari ibunya. Namun ternyata ada seseorang yang melaporkan keislamannya.
Yang tersembunyi akhirnya terungkap sudah. Sang ibu marah besar mengetahui putranya menyimpang dari agama dan tradisi nenek moyang.
Dia berniat menyakiti Mus'ab namun tak tega setelah melihat cahaya keislaman yang terpancar dari putranya yang meneduhkan.
Mus'ab dijadikan tahanan rumah. Dia ibarat terkurung dalam sangkar emas, terkurung di tempat penuh kemewahan namun tanpa kebebasan.
Hingga suatu saat ia mendengar bahwa beberapa sahabat Nabi hijrah ke Negeri Habasah. Mus'ab membuat strategi agar bisa lolos dari kurungan.
Mus'ab berhasil lolos. Dia ikut hijrah ke habasyah untuk menyelamatkan imannya. Saat terdengar isu mekkah aman, mereka memutuskan kembali.
Ternyata siksaan terhadap muslim semakin menjadi-jadi. Hijrah ke habasyah untuk kedua kalinya dilakukan, Mus,ab juga turut serta.
Kondisi Mus'ab kian memprihatinkan. Ia yang dahulunya bergelimang harta kemewahan kini hanya mengenakan pakaian kasar dan jarang makan.
Bahkan Rosulullah pernah berlinang airmata ketika menyaksikan penampilan Mus'ab yang hanya memakai burkah bertambalkan tali dari serabut.
Mus'ab adalah duta Islam pertamakali yang diutus Rosulullah untuk melakukan pekerjaan terbaik di muka bumi yaitu berdakwah menyeru pada Allah.
Mus'ab dikirim ke Yasrib (madinah) setelah baiat aqabah pertama. Mus'ab mengajarkan mereka Agama dan memperkenalkan pada cahaya Islam.
Dengan keiklasan jiwa, kemuliaan akhlaqnya dan kesantunan dalam berbicara, ia berhasil memikat hati penduduk Madinah untuk memeluk Islam.
Berkat dakwah Mus'ab, jumlah kaum muslim yang awalnya belasan saja, hanya dalam beberapa bulan bertambah dan menyebar luas.
Pada musim haji berikutnya, kaum Muslimin Madinah kembali mengirimkan rombongan untuk menemui Nabi. Mereka berjumlah 70 orang.
Inilah cikal bakal Baiat Aqabah kedua. Mereka yang berbaiat ketika kembali ke kampung halaman ikut berdakwah sehingga Islam semakin tersebar luas.
Setelah pemimpin suku Yasrib memeluk Islam dan siksaan di Makkah semakin keras, Nabi dan para sahabat diperintahkan untuk hijrah.
Mus'ab bin Umair ikut serta berjihad dalam Perang Badar melawan musrikin Mekkah di bulan Ramadhan tahun kedua Hijriyah.
Pada perang ini kemenangan berhasil diraih umat Islam. Kafir Quraisy berusaha menebus kekalahan, maka terjadilah Perang Uhud.
Pada Perang Uhud, Mus'ab dberi amanah sebagai pembawa bendera kaum muslimin. I memegang bendera itu dengan gagah berani.
Pada awal peperangan, kemenangan ada ditangan pasukan Muslimin. Tinggal sediki bersabar saja, kemenangan yang sebenarnya bisa diraih.
Namun beberapa pemanah melaggar perintah Rasulullah. Mereka meninggalkan pos pertahanan ketika melihat pasukan kafir mundur.
Inlah awal mula petaka terjadi. Pasukan berkuda milik musuh mengetahui kelemahan pasukan Muslim, mereka pun balik menyerang dari arah bukit.
Barisan kaum Muslimin porak poranda karena ada beberapa pasukan yang terpedaya harta dunia. Serangan pasukan kafir diarahkan pada Rasulullah.
Namun beberapa sahabat menjadikan tubuhnya sebagai tameng hidup untuk melindungi sang Nabi. Nus'ab yang memegang bendera berusaha menghadang musuh.
Mus'ab bertempur habis-habisan untuk melindungi Rasulullah. Satu tangannya mempertahankan bendera, satunya lagi menebas-nebas musuh.
Hingga datanglah seorang bernama Ibnu Qum'ah yang menyerang Mus'ab. Dia berasil menebas tangan kanan juga tangan kiri Mus'ab.
Mus'ab tetap berusaha mempertahankan bendera Rasulullah dengan tubuhnya hingga kemudian tombak Ibnu Qum'ah menembus dadanya.
Mus'ab pun sahid. Setelah berjuang dengan gigih, melindungi Rasulullah dan juga bendera Umat Islam, ia gugur sebagai syuhada.
Setelah usai Perang Uhud, Rasulullah berjalan mendekati jasadnya, lalu Beliau membaca forman-Nya QS. Al-Ahzab ayat 23.
Saat itu tak ada yang bisa dipakaikan untuk mengkafani jasad Mus'ab kecuali sehelai kain yang tak cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Maka Rasulullah memerintahkan sahabat untuk menutup tubuh bagian atas menggunakan kain tersebut dan bagian kakinya menggunakan rumput idzkir.
Jauh setelah sahidnya Mus'ab dimedan Uhud, kenangan akan dirinya tak pernah hilang dalam ingatan para sahabat.
"Kami berhijrah bersama Rasulullah semata-mata demi mengharap ridha Allah, lalu kamipun memperoleh imbalan dar-Nya.
Diantara kami ada yang meninggal sebelum mengambil imbalan sedikitpun, seperti Mus'ab bin Umair yang gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud."- Khabbab bin Arat radhiyallahu'anhu.
Suatu saat ketika Abdurrahman bin Auf radhiyallahu'anhu disuguhi makanan ketika berbuka puasa, dia pun berkata:
"Mus'ab bin Umair , orang yang lebih baik dariku telah tiada. Saat itu dia hanya dikafani dengan sepotong kain yang jika kepalanya ditutup maka kedua kakinya terlihat, begitupula sebaliknya.
Hanzah juga telah tiada, dia juga lebih baik dariku.
Lalu dibentangkan kepada kita kenikmatan dunia seperti saat ini. Sungguh, aku khawatir semua ini adalah nikmat yang disegerakan..."
Referensi:
- - Cordova Media
- -Ali Muhammad Ash-Shalabi. Sirah Nabawiyah. 2014. Insan Kamil
- - Khalid Muhammad Khalid. 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW. 2013. Al-I'tishom.
- - Mahmud Al-Mishrawi. Ensiklopedi Sahabat. 2015. Pustaka Imam Asy-Syafi'i