Azies-site (16/02/10) -Direktur Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Dr. Illah Sailah membuka Rapat kerja Program Pascasarjana UIKA Bogor yang khusus membahas peningkatan mutu akademik dan peningkatan layanan administrasi menuju total quality management. Dalam pembukaannya Rektor UIKA, Prof. Dr. H. Ramly Hutabarat SH., MHum. memaparkan pentingnya evaluasi diri untuk menjadikan Pasca Sarjana UIKA lebih berdaya lagi dan mampu mencetak Sarjana-sarjana S2 dan S3 yang berkualitas, mampu membangun jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang berkompeten, serta mampu bersaing di tengah-tengah arus globalisasi pendidikan yang berkembang saat ini. Sementara itu Dr Illah Sailah dalam pengarahannya menjelaskan bagaimana tahapan peningkatan mutu akademik dan cara mencapainya serta upaya-upaya kemitraan yang perlu dipersiapkan sejak dini. Dalam kaitan ini Pasca Sarjana UIKA di bawah kepemimpinan Direktur Program Prof. Dr. H. Didin Hafiduddin, MSi menyelenggarakan Rapat Kerja Program Pasca Sarjana yang dilaksanakan dari tanggal 16 hingga 17 Februari 2010.
Berbagai program berkualitas sebagai dasar kemitraan yang perlu dipersiapkan seyogyanya mempertimbangkan aspek: (1) Kerjasama diantara perguruan tinggi untuk menghasilkan sumberdaya lokal yang kokoh, (2) Membangun kemitraan berdasarkan kesetaraan, tidak diskriminasi dan saling menguntungkan agar memudahkan sinergi dalam hal pengalaman, kepakaran dan sumberdaya yang ada, (3) Kesetaraan dalam kualitas pendidikan tinggi sebagai dasar kemitraan yang saling menguntungkan. Kebijakan Pendidikan Tinggi Pascasarjana di Indonesia sejauh ini telah menyiapkan berbagai perangkat, termasuk dalam hal penyediaan beasiswa, penyediaan dana penelitian, penyediaan dana seminar internasional, memfasilitasi kerjasama luar negeri melalui dana PAR, serta memfasilitasi program bersama seperti twinning program dan joint degree program. Tantangan ke depan yang akan dihadapi bersama di antaranya perubahan yang dinamik dan cepat dalam relevansi, peningkatan pogram yang berkualitas terus menerus, Teknologi Informasi Komunikasi yang bertambah canggih, ruang lingkup pekerja internasional yang bertumbuh, pendidikan yang global (tanpa batas) serta masalah Pembiayaan. Oleh karenanya dengan adanya tantangan ini, di samping Perguruan tinggi mampu memanfaatkan berbagai peluang tadi, kiranya juga perlu secara mandiri menggali potensi-potensi kerjasama dari berbagai pihak. Selain tantangan yang perlu disadari sejak awal, beberapa hambatan yang akan muncul seperti Persaingan di dalam negeri yang bertambah kuat dengan bertumbuhnya program-program baru, terbatasnya kegiatan untuk “Benchmarking” serta akreditasi internasional yang perlu diatasi dengan strategi jitu sejalan dengan upaya peningkatan mutu akademik.
Di akhir pengarahannya Direktur Akademik Dikti menyampaikan kata-kata berpetuah: "Survival...is the most basic Instinct! Setiap pagi di padang Afrika...Rusa-rusa terbangun dengan dua pilihan, berlari sekuat tenaga...atau menjadi hidangan padi si Raja Hutan. Setiap pagi di pada Afrika...Singa-singa terbangun dengan dua pilihan, berlari mengejar rusa...atau mati kelaparan. Tidaklah penting Anda pilih Rusa atau Singa...Yang pasti, berlarilah sekencang mungkin saat fajar menyingsing". (AZ)
Berbagai program berkualitas sebagai dasar kemitraan yang perlu dipersiapkan seyogyanya mempertimbangkan aspek: (1) Kerjasama diantara perguruan tinggi untuk menghasilkan sumberdaya lokal yang kokoh, (2) Membangun kemitraan berdasarkan kesetaraan, tidak diskriminasi dan saling menguntungkan agar memudahkan sinergi dalam hal pengalaman, kepakaran dan sumberdaya yang ada, (3) Kesetaraan dalam kualitas pendidikan tinggi sebagai dasar kemitraan yang saling menguntungkan. Kebijakan Pendidikan Tinggi Pascasarjana di Indonesia sejauh ini telah menyiapkan berbagai perangkat, termasuk dalam hal penyediaan beasiswa, penyediaan dana penelitian, penyediaan dana seminar internasional, memfasilitasi kerjasama luar negeri melalui dana PAR, serta memfasilitasi program bersama seperti twinning program dan joint degree program. Tantangan ke depan yang akan dihadapi bersama di antaranya perubahan yang dinamik dan cepat dalam relevansi, peningkatan pogram yang berkualitas terus menerus, Teknologi Informasi Komunikasi yang bertambah canggih, ruang lingkup pekerja internasional yang bertumbuh, pendidikan yang global (tanpa batas) serta masalah Pembiayaan. Oleh karenanya dengan adanya tantangan ini, di samping Perguruan tinggi mampu memanfaatkan berbagai peluang tadi, kiranya juga perlu secara mandiri menggali potensi-potensi kerjasama dari berbagai pihak. Selain tantangan yang perlu disadari sejak awal, beberapa hambatan yang akan muncul seperti Persaingan di dalam negeri yang bertambah kuat dengan bertumbuhnya program-program baru, terbatasnya kegiatan untuk “Benchmarking” serta akreditasi internasional yang perlu diatasi dengan strategi jitu sejalan dengan upaya peningkatan mutu akademik.
Di akhir pengarahannya Direktur Akademik Dikti menyampaikan kata-kata berpetuah: "Survival...is the most basic Instinct! Setiap pagi di padang Afrika...Rusa-rusa terbangun dengan dua pilihan, berlari sekuat tenaga...atau menjadi hidangan padi si Raja Hutan. Setiap pagi di pada Afrika...Singa-singa terbangun dengan dua pilihan, berlari mengejar rusa...atau mati kelaparan. Tidaklah penting Anda pilih Rusa atau Singa...Yang pasti, berlarilah sekencang mungkin saat fajar menyingsing". (AZ)