
Berikut adalah cerita masa remaja ku.
Waktu itu usia ku 14 Tahun dan masih ada dibangku sekolah SMP. Jarak antara sekolah dengan rumah cukuplah jauh, untuk menuju ke sekolah bisanya Aku menggunakan jasa ojek atau mobil angkutan umum dan terkadang bisa berjalan kaki bersama teman satu kampung.
Suatu ketika, pertamakalinya Aku di ijinkan untuk membawa sepeda motor oleh ayah. Sunggu sangat senang hati ini, karena Aku bisa membawa motor ke sekolah sepeti teman-teman yang lainnya. Tidak heran jika Aku sangat gembira ketika ayah memperbolehkan Aku membawa sepedah motornya untuk berangkat kesekolah.
Tanpa banyak bicara Aku langsung mengambil helm dan bergegas untuk berangkat sekolah, akan tetapi ayah hanya berpesan satuhal. . Aku dengan tersenyum hanya bisa mengatakan ya , terimaka“ Ini adalah kepercayaan, Mohon untuk dijaga, dan bila terlalaikan takan ada kepercayaan untuk seterusnya”sih! Lantas bergegas pergi meninggalkan rumah untuk berangkat sekolah.
Siangnya sekitar pukul 12.00 ayah mengirim SMS “ Ka Ibu kepasar, beliau minta dijemput jam 3, tolong jangan telat !”. Waktu itu masih ada kesempatan sekitar 2 jam lagi, pikirku, lantas mencoba menawarkan diri untuk mengantar seseorang yang selama ini menjadi teman spesial. Dengan berbangga hati karena dia mau diantarkan pulang, Aku mengantarnya pulang hingga Aku diperbolehkan untuk mampir dan diberikan kesempatan untuk berbincang dengan kakeknya hingga lupa waktu. Aku baru sadar bahwa waktu di jam tangan ku sudah menunjukan pukul 3.30. Alamat Aku sudah telat sekitar setengah jam. Bergegas ku pamit, langsung menuju pasar yang letaknya lumaian jauh dari posisi ku saat ini hingga sampai dipasar ternyata ibu sudah menunggu hampir satu setengah jam dengan muka gelisah, beliau bertanya “ ko telat kemana saja tadi, ?” saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya telat karena mengantar seseorang hingga saya lupa ibu sedang menunggu disini sehingga saya menjawab “tadi disekolah ada rapat osis bu, buat acar besok” Padahal ternyata tanpa sepengetahuan saya ibu telah menelepon nana temanku dan kebetulan dia adalah wakil saya di osis dan mengetahui bahwa tidak ada aktifitas lain setelah jam sekolah usai, dan kini Ibu tau bahwa ku telah bohong.
Lalu Ibu berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada Ibu. Untuk menghukum kesalahan Ibu ini, Ibu akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 6,2 mil dan memikirkannya baik- baik.".
Lalu ibu dengan membawa belanjaannya dan sandal yang dikenakannya, mulai berjalan kaki pulang kerumah. Padahal suasana hari sudah gelap sedangkan jalanan tidak rata dan belanjaan yang dia bawa cukup berat maka selama kurang lebih 3 setengah jam aku mengendarai motor dengan pelan-pelan dibelakang ibu sambil menetskan air mata penyesala dan sesekali membujuk ibu untuk mau ikut naik motor dengan ku, tapi tak ada satu katapun yang terlontar dari mulut ibu hingga sesamapinya dirumah. Aku melihat ada beberapa luka ditelapak kaki ibu, hingga aku tidak bisa menahan rasa haru dan memeluk ibu dengan erat dan menyampaikan apa yang sebnarnya tela saya lakukan. Dan mencoba membujuk ibu agar aku bisa membasuh kakinya dan mengobati luka yang ada pada kakinya.
Hingga saat itu aku berjanji pada diri ini, setiap hari aku akan berjalan kaki kesekolah dan aku berjanji aku tidak akan lagi mengendarai motor bilamana masih ada bekas luka yang ada di kaki ibu karena ulah dan kebodohanku sehingga tidak menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh ayah.
ibu hanya berkata. "Seandainya ibu menghukum ku sebagaimana banyak ibu menghukum anaknya, maka apakah aku akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai ini dengan kekerasan? Ibu kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa kekerasan."
*) Episode Spesial berikut pernyataan untuk diri ini, agar anda tau dan mendapatkan pelajaran.
