Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

08 Juli, 2011

Keretas Kusam penuh gambar.

Malam ini sungguh sangat cerah, bintang berkedip-kedip memancarkan cahaya keindahan, terkadang meredup terkadang begitu terang, namun cahaya itu tidak seterang kasih seorang ibu. Kasihnya tidak akan pernah usai sepanjang hayat kepada anak-anaknya.

Ibu ku sehari-hari adalah penjaga warung kecil yang ayah dirikan sebagai penopang perekonomian keluarga kami dirumah, dia juga membuat kue dan es campur untuk dijual setiap hari pada anak-anak TK yang lokasinya takjauh dari rumah. Bangun pukul setengah empat pagi, baru beranjak ke peraduan pukul sebelas malam. Begitu terus, hidupnya dijalani tanpa mengeluh.

Ayah adalah seorang pengrajin kayu yang dengan telatennya mengukir dan mendesain berbagai pesanan tetangga dan langganan setianya. Sungguh sebuah pekerjaan yang penuh dengan kesabaran. Ayah cukup bangga jika hasil karyanya menjadi kebanggaan orang yang memesannya dan dipajang diruang tamu dirumahnya, dia bercerita itulah kepuasan terbesar yang ayah rasakan untuk pekerjaannya saat ini. Penghasilan Ayah tidak seberapa, ditopang oleh hasil jualan ibu Sejak SD sampai SMP, dari hasil jual kue itulah, Aku dan adik dapat uang saku.

Hal ini menjadi kebanggaan ku, memiliki sosok ibu yang begitu telaten dan penyabar. Dalam menjalani hari-harinya tak pernah sekalipun aku mendengarkan keluhan dari ibu, ibu selalu tersenyum dan selalu memasakkan makanan kesukaan ku setiap hari dikala aku meminta makan, dialah yang mencucikan pakaian setiap hari walaupun pakaian ku begitu kotoh penuh lumpur karena habis bermain bola, terkadang aku tidak menyadari hal itu.

Gurat wajahnya yang telah mengerut menampakkan bahwa dia terlampau akrab dengan kerja kerasnya. Tangannya dipenuhi otot yang tampak ramah. Jarang aku melihat dia pakai bedak, apalagi make-up. Seumur-umur, aku baru melihat bunda pakai make-up ketika aku lulus SMP, itu saja sudah beberapa tahun yang lampau. Dia bilang ingin tampil cantik untuk ku pada momen tersebut.

Kini ku sudah jarang bertemu dengannya, semenjak Aku sekolah SMA, Aku memutuskan untuk bersekolah di daerah Bogor, hingga kini Aku sudah berada dibangku kuliah, walau jarak Bogor sukabumi tidak terlalu jauh, akan tetapi dengan berbagai aktifitas dan kesibukan yang ku jalani sehari-hari, membuat ku jarang sekali berkomunikasi apa lagi bertemu langsung dengannya, mungkin bisa terhitung oleh jari dalam setahun aku hanya pulang antara 4-5 kali. Itupun jika aku sangat rindu bertemu dengan keluarga. Aku kini telah bekerja, untuk membiayai kuliah dan kehidupan ku di Bogor saat ini, aku anggap sudah cukup, jadi secara finansial tak ada ketergantungan lagi dengan penghasilan orangtua, mugkin itu kenapa aku jarang sekali untuk pulang, aku hanya pulang hanya ketika aku sangat rindu pada keluarga atau ketika aku ada keperluan.

Hingga suatu ketika aku pulang karena ada keperluan untuk melengkapi administrasi ku untuk terbang kemalaysia untuk melaksanakan KP ( Keraja Praktek ) yang diselenggarakan oleh kampus, malam hari ketika ku menyantap masakan enak yang ibu hidangkan untuk anak tercintanya, tiba-tiba ibu memberikan sesuatu yang ada dalam tas kecilnya.

Dia memberikan kertas kusam penuh gambar, saat itu aku masih belum mengerti makna yang tersimpan dari pemberiaan ibu kepada ku, lantas aku bertanya,kertas apaan ini bu, ko ibu memberikannya kepada kaka, inikan gambar anak kecil naik pesawat buatan adik ya bu..! lucu ya...! tapi ko kayaknya sudah lama banget”.

Alangkah terkejutnya aku, ibu hanya menjawab pertanyaan yang ku lontarkan dengan tetesan air mata, dan sedikit senyuman manis dibibirnya, lantas berkata.

“ mungki kamu sudah lupa na, inilah hasil karya anak ibu tercinta yang sangat ibu hargai, inilah pemberian mu 11 tahun yang lalu yang selalu ibu simpan baik-baik, karena menurut ibu gambar ini sangat berharga, hasil buah karya mu yang kau persembahkan pertama kali saat perayaan hari ibu di sekolah. dan inilah hadiah terindah yang kaka persembahkan untuk bunda”.

Hingga kini akan terus ibu simpan, gambar ini lah satu-satunya sebagai pengobat rasa rindu ingin bertemu dan memeluk kaka disaat kaka jauh dari ibu, ibu tau kini kaka sudah dewasa, mungkin begitu banyak tugas dan pekerjaan yang kaka jalani, sehingga ibu sangat paham kaka jarang pulang, dulu ketika kaka ceritakan gambar siapa ini, dengan bangga kaka bicara ini kaka bunda, nanti kaka mau terbang pake pesawat, mau ketemu presiden, kaka pasti bisa bunda”.

Setelah berkisah, ibu mengijinkan ku untuk memegang kembali lembaran kusam yang 11 tahun lalu aku buat, dan ibu merestui ku untuk terbang kemalaysia.

“Mungkin ini saatnya ibu perlihatkan kepada kaka, ternyata kaka bisa, ibu tak akan menahan mu untuk pergi, karena itu cita-cita kecil Kaka, justru ibu sangat bangga punya anak seperti kaka! Ibu hanya berpesan satu hal, tolong kabarkan kepada ibu ketika kau pulang nanti apa saja yang bisa kaka lakukan disana.. dinegri orang yang selama ini kau impikan...!”

Saya seakan tidak bisa berkata sepatah kata pun. Lidah ini terasa kaku. Hati bergetar karena terharu. Aku ingin menangis sekencang mungkin namun ku malu, aku ingin memeluk ibu seerat mungkin, aku ingin mengobati luka yang selama ini ia pendam karena merindukan anaknya yang sok sibuk ini, alangkah aku tak ingin jauh lagi denganya, ternyata bukan oleh-oleh yang aku bawa yang ia rindukan, melainkan ia ingin merasakan kembali pelukan aanaknya ini yang sok sudah dewasa dan lupa bagaimana ia dulu di besarkan dengan pelukan.

Bagaimana mungkin Keretas Kusam penuh gambar yang sudah lusuh itu masih disimpan sekian tahun hanya untuk memendam kangen pada anaknya?

Bukan kata-kata, tapi dengan Keretas Kusam penuh gambar lusuh itulah bunda menohok saya dengan cinta yang sederhana. Cinta tulus yang tak pernah berharap balasan dari siapapun walaupun anaknya sendiri.

Sekalipun, bintang itu terang. Keretas Kusam penuh gambar lusuh tersebut, dapat menggambarkan keberadaan boleh berubah, usia pun boleh berubah. Tapi, cinta dan kerinduan seorang ibu tak bisa digerus waktu dan usia. Ia ada sampai kapan pun. Tak bisa dibalas dengan apa pun.

*)Dari kaka untuk bunda tercinta.

adds