Oleh : Nurdin Al-Azies
(Koordinator Warta Kampus
Duta Anti Rokok dan Narkoba Jawa Barat, kepala kaderisasi LDK Al-Intisyar UIKA 2011)
Rekan-rekan yang saya cintai, pada saat penulis menuliskan artikel ini, tidak terasa kita sudah berada di minggu ke-2 di tahun 2012 M, dan minggu ke-3 di tahun 1433 H. Tentu banyak sekali harapan dan keinginan di tahun ini semoga semua harapan dan cita-cita kita dapa dikabulkan oleh Allah SWT, Almin ya Rabb..
Tak lupa kita berdoa semoga di tahun ini juga kita mendapatkan tambahan-tambahan amal kebaikan sebagai bahan persiapan kita menghadapi hari esok yang jauh lebih kekal. di setiap saat di kehidupan kita akan terus ada perbaikan-perbaikan, itulah tanda orang-orang yang beruntung.
Optimis adalah ciri dan jatidiri orang yang beriman.
Mengawali tahun yang menurut sebahagian orang ini dipercaya sebagai tahun akhir jaman, optimisme ini harus terus ditanamkan, walau dalam kenyataanya pada saat ini begitu banyak perasalahan-permasalahan yang timbul dan muncul kepermukaan, problema dibidang ekonomi misalnya dimana saat ini semakin tinggi tingkat kemiskinan walau dalam angka statistik ada angka penurunan tapi dalam realitasnya ternyaa orang miskin semakin banyak, demikian pula dibidang pendidikan, dibidang kepemimpinan ada kegalauan yang sangat luar biasa terhadap pimpinan nasional kita demikian pula masalah-masalah yang lainnya. Tetapi bagi orang yang beriman, tidak boleh kita putus asa dalam menatap masa depan, karena putus asa bukan bagian hidup dari seorang muslim, seorang mukmin itu tidak ada dalam kamusnya nahasa putus asa atau prustasi. Allah SWT menjelaskan bahwasannya yang puus asa itu hanyalah orang kafir.
Yang membedakan kualitas orang beriman dan orang yang kafir sebenarnya bukan terbatas hanya materinya, bukan kedudukan ataupun jabatannya, bukan pada sains dan teknologinya, tapi yang membedakannya adalah optimisme dan tidak nya didalam kehidupan. Orang yang beriman adalah orang yang optimis didalam menatap masa depan, sebab masa depan bagi orang yang beriman bukan hanya sekarang didunia saja, tetapi lebih dari pada itu masadepan seorang muslim adalah alam akherat nanti, ketika ian bertemu dengan Allah SWT.
Sebagaimana Allah menerangkan didalam suarat An-Nisa ayat 104 berbunyi:
Allah menjelaskan bahwa Kalian tidak boleh rendah diri dalam menghadapi mereka, dalam menghadapi godaan-godaan dari orang-orang yang tidak senang kepada perkembangan-perkembangan Islam, dalam menghadapi orang orang sekuler, ateis, liberal, orang orang yang tidak menghendaki kemajuan-kemajuan ummat, dan andaikan kamu merasa penat, merasa letih, didalam memperjuangkan kebaikan dimana dijalannya banyak tantangan dan godaan-godaan yang kita hadapi, kadangkala sakit, kadang kala kita pedih, habis kesabaran kita, waktu kita, harta kita, tenaga, bahkan nyawa kita korbankan sesunggunya mereka pun sama sebagaimana apa yang kita perbuat dan apa yang kita rasakan. Namun perbedaanya adalah kita mengharapkan sesuatu yang tidak pernah diharapkan oleh orang-orang kafir, yaitu keridhoan dan keberkahan dari Allah SWT.
Oleh karena itu maka optimisme itu harus kita bangun bersama-sama dalam menatap jangka pendek, jangka panjang atau masa depan, tapi dengan catatan bahwa ada dua hal yang terus harus kita pilih yakni sesuai dengan ayat yang Allah gambarkan didalam surat An-Nahl:97 sebagai berikut:
Segala hal akan dicatat menjadi suatu amalan shaleh, jika dibarengi dengan keadaan beriman, dimana landasan iman itu adalah diwujudkan dengan amalan-amalan shaleh, iman itu hanyalah sekedar pundamen kehidupan kita, landasan kehidupan kita dan iman ini harus kita implementasikan didalam amalan-amalan nyata.
Sebagai contoh pemikiran seseorang yang beriman dengan orang yang tidak beriman harus lah berbeda, jangan sama pemikiran kaum muslimin dengan kaum sekuler yang pemikirannya dangkan, sempit, matrelialistis, bahkan hedonistik, kadangkala menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan sesaat. Demikian pula dengan cara berekonomi, orang beriman harus juga berbeda, orang beriman harus bisa menjauhkan diri dari ribawi, dari konsumsi makanan yang haram, dalam kaitannya dengan berita yang bumming saat ini contohnya seperti miras yang sedang ramai di perbincangkan karena pemerinah berwacana ingin mencabut perda-perda miras yang telah berlaku di daerah-daerah. Saya kira pemerintah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal jika perda-perda miras itu benar-benar dicabut.
Kenapa demikian, karena miras-miras tersebut jelas adalah salah satu biang perusak, yang merusak bangsa kita, kita sangat lah sedih melihat kenyataan demikian. Jika hal itu terjadi Meteri Dalam Negri mencabut perda-perda pelarangan miras tersebut, sebenarnya itu merupakan sebuah perbuatan yang akan merugikan mereka sendiri. Bisa dibayangkan saat ini ketika perdanya masih berlakupun minuman keras begitu merajalela, hingga ratusan triliun dihabiskan setiap tahun oleh masyarakat kita untuk mengkonsumsi yang notabene masyarakat kita masih tergolong masyarakat miskin yang menjadi korban-korban dari tangan kapitalisme yang matrealistik.
Contoh lain yang masih hangat diperbincangkan misalnya dalam rangka penyambutan tahun baru saja masyarakat Indonesia tercatat menghabiskan dana untuk membakar kembang api dalam satu malam saja hingga mencapai 6,1 triliun, siapa yang melakukannya ? orang islam yang malkukannya orang orang kecil, orang orang yang hanya tau bahwa jika tahun baru itu wajib bagi dia untuk menyalakan kembang api, belum lagi rokok, rokok itu dahsyat sekali akibat negatif nya, coba kita pikirkan kembali manfaatnya jika lebih banyak mudarat ketimbang manfaat ayo tinggalkan..! merokok hanya menguntungkan orang-orang kafir. Bayang kan oleh kita orang terkaya yang ada di Indonesia saat ini siapa? Mereka adalah para pengusaha-pengusaha rokok, padahal mereka tidak mengkonsumsi, yang mengkonsumsi adalah umat islam, 6,7 triliun habis untuk rokok.
Marilah kita berusaha untuk meninggalkan, harus punya tekad dan keinginan yang kuat merubah diri ini menjadi lebih baik. optisislah dalam segala urusan, hingga keoptimisan itu bisa terus menjadikan kita jauh lebih baik.
Tak lupa kita berdoa semoga di tahun ini juga kita mendapatkan tambahan-tambahan amal kebaikan sebagai bahan persiapan kita menghadapi hari esok yang jauh lebih kekal. di setiap saat di kehidupan kita akan terus ada perbaikan-perbaikan, itulah tanda orang-orang yang beruntung.
Optimis adalah ciri dan jatidiri orang yang beriman.
Mengawali tahun yang menurut sebahagian orang ini dipercaya sebagai tahun akhir jaman, optimisme ini harus terus ditanamkan, walau dalam kenyataanya pada saat ini begitu banyak perasalahan-permasalahan yang timbul dan muncul kepermukaan, problema dibidang ekonomi misalnya dimana saat ini semakin tinggi tingkat kemiskinan walau dalam angka statistik ada angka penurunan tapi dalam realitasnya ternyaa orang miskin semakin banyak, demikian pula dibidang pendidikan, dibidang kepemimpinan ada kegalauan yang sangat luar biasa terhadap pimpinan nasional kita demikian pula masalah-masalah yang lainnya. Tetapi bagi orang yang beriman, tidak boleh kita putus asa dalam menatap masa depan, karena putus asa bukan bagian hidup dari seorang muslim, seorang mukmin itu tidak ada dalam kamusnya nahasa putus asa atau prustasi. Allah SWT menjelaskan bahwasannya yang puus asa itu hanyalah orang kafir.
“ Kalian tidak boleh berputus asa didalam menggapai rahmat Allah, pertolongan Allah, karena sesungguhnya orang yang berputus asa itu hanyalah orang orang yang tidak beriman hanyalah orang-orang yang kafir”
Yang membedakan kualitas orang beriman dan orang yang kafir sebenarnya bukan terbatas hanya materinya, bukan kedudukan ataupun jabatannya, bukan pada sains dan teknologinya, tapi yang membedakannya adalah optimisme dan tidak nya didalam kehidupan. Orang yang beriman adalah orang yang optimis didalam menatap masa depan, sebab masa depan bagi orang yang beriman bukan hanya sekarang didunia saja, tetapi lebih dari pada itu masadepan seorang muslim adalah alam akherat nanti, ketika ian bertemu dengan Allah SWT.
Sebagaimana Allah menerangkan didalam suarat An-Nisa ayat 104 berbunyi:
Artinya: “ janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs. An-Nisa:104)
Allah menjelaskan bahwa Kalian tidak boleh rendah diri dalam menghadapi mereka, dalam menghadapi godaan-godaan dari orang-orang yang tidak senang kepada perkembangan-perkembangan Islam, dalam menghadapi orang orang sekuler, ateis, liberal, orang orang yang tidak menghendaki kemajuan-kemajuan ummat, dan andaikan kamu merasa penat, merasa letih, didalam memperjuangkan kebaikan dimana dijalannya banyak tantangan dan godaan-godaan yang kita hadapi, kadangkala sakit, kadang kala kita pedih, habis kesabaran kita, waktu kita, harta kita, tenaga, bahkan nyawa kita korbankan sesunggunya mereka pun sama sebagaimana apa yang kita perbuat dan apa yang kita rasakan. Namun perbedaanya adalah kita mengharapkan sesuatu yang tidak pernah diharapkan oleh orang-orang kafir, yaitu keridhoan dan keberkahan dari Allah SWT.
Oleh karena itu maka optimisme itu harus kita bangun bersama-sama dalam menatap jangka pendek, jangka panjang atau masa depan, tapi dengan catatan bahwa ada dua hal yang terus harus kita pilih yakni sesuai dengan ayat yang Allah gambarkan didalam surat An-Nahl:97 sebagai berikut:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. An-Nahl:97).
Segala hal akan dicatat menjadi suatu amalan shaleh, jika dibarengi dengan keadaan beriman, dimana landasan iman itu adalah diwujudkan dengan amalan-amalan shaleh, iman itu hanyalah sekedar pundamen kehidupan kita, landasan kehidupan kita dan iman ini harus kita implementasikan didalam amalan-amalan nyata.
Sebagai contoh pemikiran seseorang yang beriman dengan orang yang tidak beriman harus lah berbeda, jangan sama pemikiran kaum muslimin dengan kaum sekuler yang pemikirannya dangkan, sempit, matrelialistis, bahkan hedonistik, kadangkala menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan sesaat. Demikian pula dengan cara berekonomi, orang beriman harus juga berbeda, orang beriman harus bisa menjauhkan diri dari ribawi, dari konsumsi makanan yang haram, dalam kaitannya dengan berita yang bumming saat ini contohnya seperti miras yang sedang ramai di perbincangkan karena pemerinah berwacana ingin mencabut perda-perda miras yang telah berlaku di daerah-daerah. Saya kira pemerintah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal jika perda-perda miras itu benar-benar dicabut.
Kenapa demikian, karena miras-miras tersebut jelas adalah salah satu biang perusak, yang merusak bangsa kita, kita sangat lah sedih melihat kenyataan demikian. Jika hal itu terjadi Meteri Dalam Negri mencabut perda-perda pelarangan miras tersebut, sebenarnya itu merupakan sebuah perbuatan yang akan merugikan mereka sendiri. Bisa dibayangkan saat ini ketika perdanya masih berlakupun minuman keras begitu merajalela, hingga ratusan triliun dihabiskan setiap tahun oleh masyarakat kita untuk mengkonsumsi yang notabene masyarakat kita masih tergolong masyarakat miskin yang menjadi korban-korban dari tangan kapitalisme yang matrealistik.
Contoh lain yang masih hangat diperbincangkan misalnya dalam rangka penyambutan tahun baru saja masyarakat Indonesia tercatat menghabiskan dana untuk membakar kembang api dalam satu malam saja hingga mencapai 6,1 triliun, siapa yang melakukannya ? orang islam yang malkukannya orang orang kecil, orang orang yang hanya tau bahwa jika tahun baru itu wajib bagi dia untuk menyalakan kembang api, belum lagi rokok, rokok itu dahsyat sekali akibat negatif nya, coba kita pikirkan kembali manfaatnya jika lebih banyak mudarat ketimbang manfaat ayo tinggalkan..! merokok hanya menguntungkan orang-orang kafir. Bayang kan oleh kita orang terkaya yang ada di Indonesia saat ini siapa? Mereka adalah para pengusaha-pengusaha rokok, padahal mereka tidak mengkonsumsi, yang mengkonsumsi adalah umat islam, 6,7 triliun habis untuk rokok.
Marilah kita berusaha untuk meninggalkan, harus punya tekad dan keinginan yang kuat merubah diri ini menjadi lebih baik. optisislah dalam segala urusan, hingga keoptimisan itu bisa terus menjadikan kita jauh lebih baik.