Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

03 Oktober, 2012

TAK SEKADAR CERDAS

Oleh : Nurdin Al-Azies
Harus ada yang beda. Harus ada yang kita ubah. Inilah inti dari pendidikan, Mahasiswa memilih kampus ini atas dasar beberapa pertimbangan,
“Dan salah-satu yang membuat saya memilih kampus UIKA, adalah Karakter ke Islaman yang masih mengakar, bukan prestasi lain yang belum terlihat dari kampus ini, jika apa yang saya banggakan dari kampus ini hilang maka apa yang akan saya banggakan lagi dari kampus ini?”.

Kita membuka dan menyiapkan diri untuk berubah, berubah dan berubah menuju yang lebih baik. Beda, bukan sekadar beda, tapi beda penuh makna.  Jangan gantungkan masa depan mahasiswa tanpa arah yang jelas, tanpa visi yang menuju perubahan positif. Bukankah Allah Azza wa Jalla tak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut berupaya untuk merubahnya? Untuk mengadakan perubahan yang lebih matang dibutuhkan sistem dan lingkungan yang tepat, maka buatlah sistem dan tatanan kampus yang khas, dengan corak keislaman yang kuat dan penanaman akhlakulkarimah yang hebat serta dibarengi dengan pendidikan yang berkwalitas dan teknologi yang mempuni.
 
Kalau kita mau merenungi nasihat Ali bin Abi Thalib karramallohu wajhah tentang cara memberikan pendidikan yang tepat, “betapa mereka lahir untuk masa yang akan datang dan bukan pada zaman saat kita berbangga hari ini”, terasa betul bahwa kita harus membangun visi hidup. Harus kita siapkan pendidikan yang menghidupkan jiwa, menguatkan tekad, membangkitkan hasrat untuk berbuat baik dan menempa mental demi masa depan yang lebih cemerlang.
UIKA takkan cukup bila hanya mencerdaskan otak mahasiswanyasaja. Mengukur seberapa tinggi IQ yang mereka miliki, dan menyibukkan diri dengan atraksi-atraksi permainan otak. 
Buktinya, saya banyak melihat banyak mahasiswa cerdas tapi akhlaq dan tingkahlakunya tak lebih tinggi dibanding tukang sampah yang setiap pagi buta nengais rejeki dari tumpukan sampah di jalanan.  
 
Sebagai pusat pendidikan, kita harus bersyukur atas kecerdasan yang dimiliki mahasiswa kita, .Akan tetapi, apakah hanya kecerdasan yang menentukan kesuksesan? Bukan! Faktor penentu kesuksesan bukanlah cerdasnya otak semata, melainkan kegigihan dan kesungguhan. Man jadda wa jada. Gigih dan sungguh-sungguh karakter itulah yang harus selalu ditanamkan kepada mahasiswa kita.
 
Mengutip sebagaimana apa yang ditulis dalam buku Menumbuhkan karakter dengan cinta karya Hawari AKA- 2012, Ketika masih kanak-kanak, Ibnu Hajar Al Asqolany di kenal sangat bebal otaknya.Tetapi karena kegigihan dan kesungguhan yang besar akhirnya mengantarkan ia menjadi ulama’ besar. Fathul Bari’ adalah salah satu karyanya yang menjadi kitab fenomenal dari zaman ke zaman. Karena cinta pada ilmu begitu menggelora, maka tumbuhlah kesungguhan dan semangat belajar yang terus membara.
 
Bila yang kita harapkan sekadar kebanggaan prestasi akademik yang gemilang, kemampuan mengolah kecerdikan yang luar biasa, dan penampilan yang memukau serta gemuruh pujian dari penggemar, maka apa yang akan terjadi bila sebelum mahasiswa kita memperolehnya tiba-tiba ajal datang menjemput? Apa yang bisa kita banggakan?
 
Mari kita lihat bagaimana kehidupan manusia paling jenius di dunia, William James Sidis.Ia memiliki IQ 250-300. Kejeniusannya melebihi Da Vinci, Einstein, Newton, dan para ilmuwan lainnya. Pada usia 2 tahun, Sidis sudah terbiasa membaca majalah New York Time, usia 11 tahun ia menjadi mahasiswa Harvard University, dan di usia 17 tahun telah menjadi asisten dosen. Selain jago matematika, Sidis menguasai 200 bahasa di dunia, dan dengan sangat mudah menerjemahkannya. Ia lahir dan dibesarkan untuk menjadi jagoan Matematika oleh bapaknya sendiri, Borris Sidis seorang psikolog kenamaan yang berdarah Yahudi. 
 
Namun, dengan berbagai kejeniusan yang ia miliki, bagaimana akhir hidup James Sidis? Tragis.Ia meninggal pada usia 46 tahun dalam kondisi sangat miskin. Ia jalani hari-harinya sebagai pemulung, sampai ajal menjemput.
 
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin manusia paling jenius di bumi sekaligus pakar matematika hidupnya sangat memprihatinkan? Karena bapaknya hanya membentuk kuatnya otak. Setiap saat orangtuanya menjejali otak anaknya, Sidis dengan tugas-tugas hitungan matematika.Ia lupa pada jiwa yang butuh dihidupkan.
 
Nah, bukan sekadar nutrisi otak yang harus kita suguhkan. Ada semangat yang harus kita tiupkan agar mereka tetap mengucurkan keringat perjuangannya di saat orang-orang disekitar mulai melemah. Ada integritas dan kejujuran yang senantiasa kita sematkan dalam jiwa mereka, sehingga kelak ketika dunia dikepung oleh gemerlapnya tipudaya, masih ada alarm yang bergetar dalam dada mereka, ada suara batin yang menegurnya.
 
Ada cahaya yang harus kita nyalakan dalam jiwa mereka agar kelak tetap benderang tatkala hasrat perjuangannya mulai meredup, agar tetap berpancar jiwanya, tetap berpijar saat cahaya pada zamannya mulai memudar.Remang-remang antara benar dan mungkar.
Ada cinta berempati yang harus kita ajarkan, agar kelak mereka pandai dan ikhlas berbagi. Bukannya pintar mengatur penghasilan untuk meraup keuntungan pribadi. Melainkan, mereka cerdas memikirkan perjuangan dan rela berlapar-lapar demi tegaknya agama yang benar.
 
 Ada visi besar dan sangat mulya yang harus kita wariskan untuk menapaki dunia baru yang bernama masa depan. Ya, masa depan yang tak pernah bisa kita gariskan. Karena esok penuh dengan kemungkinan.
 
Teringatlah saya pada pesan Guru Oghway untuk Pendekar Shivu di film Kungfu Panda I ‘kemarin adalah sejarah, hari ini adalah anugerah, dan esok adalah misteri’.  Ya, esok adalah misteri, kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah menata, merancang dan mempersiapkan segala yang terbaik untuk esok hari.
 
Tulisan sederhana ini sengaja saya hadirkan untuk memperkuat ruh yang ada dalam jiwa civitas akademika kampus tercinta ini. Bukan untuk menjejali isi otak mereka dengan asyiknya hiburan dan informasi yang mudah usang. Waktu dan tenaga telah kita curahkan, maka kita harus mengarahkan pada proses pendidikan yang benar agar kita bisa memetik hasilnya bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat nanti. Kita harus mulai hari ini!
Wallahu,Alam....

adds