Jamaah haji gelombang pertama mulai dipulangkan ke Tanah Air, sementara itu jamaah haji gelombang dua mulai digeser ke Madinah untuk melaksanakan salat wajib 40 waktu tanpa putus (arbain).
Di antara ribuan jamaah haji gelombang dua yang sudah berada di Madinah, adalah Siti Temu Wariyah (80), jamaah haji dari kloter 42 embarkasi Solo ini punya kisah haru bersama petugas haji, khususnya sektor khusus Masjid Nabawi. Kisah haru pemilik nomor paspor A 8630932 yang tak lain adalah tukang pijat dari Kudus ini menarik dan inspiratif disimak.
Pada hari kelima kedatangan jamaah haji gelombang dua ke Madinah, tepatnya Jumat (17/10/2014) sekitar pukul 13.45 Waktu Arab Saudi, petugas haji sektor khusus Nabawi sedang sibuk melayani jamaah yang tersesat. Seperti biasa, mereka mengumpulkan jamaah di posko Toilet 10 Masjid Nabawi sebelum mengantar jamaah yang tersesat.
Datanglah polisi Arab Saudi mengantar seorang nenek yang dari subuh tersesat di sekitar Masjid Nabawi. Setelah berkomunikasi dengan bahasa Arab campur bahasa Inggris plus bahasa isyarat, nenek yang tersesat tersebut diserahkan ke petugas perlindungan jamaah Indonesia di sektor khusus.
Petugas sektor khusus Masjid Nabawi pun langsung mengidentifikasi sang Nenek lewat gelang identitas tersebut. Tertulis nama Siti Temu Wariyah, umur 80 tahun, kloter 42 embarkasi Solo lengkap dengan nomor paspornya. Setelah dicek di rumus lembar kedatangan, ternyata Mbah Temu menginap di Hotel Gulnar Taiba.
Karena Mbak Temu tersesat sejak subuh, petugas memberikan roti dan air zam-zam untuk mengganjal perut. Kepada petugas, Mbah Temmu bercerita dalam bahasa jawa bahwa dia seorang tukang pijat.
"Kulo ngumpulaken arta 30 tahun kagem haji. Sekedik-sekedik, menawi sejuta kulo tumbaske cincin 2 gram, ngantos 60 gram," kata Mbah temu. Artinya kurang lebih 'saya mengumpulkan uang 30 tahun untuk naik haji. Setiap kumpul uang Rp 1 juta dari hasil memijit saya belikan cincin emas 2 gram, sampai terkumpul 60 gram'.
Pada tahun 2011 mbah temu yang punya satu anak, tiga cucu, dan 4 buyut mendaftar haji. Baru empat tahun kemudian yakni tahun 2014 janda tua ini mendapatkan visa haji.
"Duh gusti kulo nyuwun sedo wonten mriki mawon gusti, nyuwun dipundut wonten mriko mawon gusti (Ya Allah saya ingin meninggal di sini, tolong ambil panggil saya di sini saja ya Allah)," kata Mbah Temu sembari menitikkan air mata.
Kompol Sugeng Supriyanto petugas sektor khusus Nabawi langsung memeluk mbah temu. "Mbah mboten pareng dongo kados niko mbah monggo wangsul mawon teng hotel...( nenek gak boleh berdoa seperti itu mari nek saya antar ke hotel)," kata Sugeng yang sehari-hari bertugas di Polda Metro Jaya ini.
Selanjutnya Mbah Temu dibimbing Kompol Sugeng dengan jalan kaki menuju jalan depan Madinah Hilton untuk diantar ke Gulnar Taiba Hotel dengan mobil. Sesekali kompol Sugeng menghibur mbah temu "Ayo mbah saya gendong ? " Mbah temu pun menolak sambil malu-malu.
Perjuangan Mbah Temu naik haji ini hanya sekelumit cerita kehidupan yang memberi pesan bahwa setiap orang yang rajin, tekun, fokus, dan bersungguh-sungguh disertai doa yang tak pernah berhenti, cepat atau lambat Allah swt akan menjawab doa kita.
"Jaga kesehatan nggih mbah tetap semangat ngibadahe nggih mbah kulo pamit rumiyin Assalamualaikum, " itu pesan Sugeng ke Mbah Temu setelah tiba di lantai 8 Gulnar Taiba Hotel. Artinya kurang lebih 'jaga kesehatan ya mbak, tetap semangat ibadah. Saya pamit dulu'. Kompol Sugeng pun kembali bertugas mengantar jamaah haji tersesat di Masjid Nabawi.
Sumber : Detik dot com