Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

16 Mei, 2011

Nilai dari sebuah proses

Nilai dari sebuah proses
Nurdin Al Azies


Banyak orang yang selalu mengeluh ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan yang menimpa dia, terkadang jalan keluar terakhir adalah menyerah, karena tidak mendapatkan keadaan sesuai dengan apa yang dia harapkan sebelumnya.
Terlalu fokus pada hasil yang ingin dicapai, akan berdampak keburukan bagi siapapun yang melaluinya. Contohnya, ketika seorang mahasiswa kuliah, dan apa yang dipikirkannya adalah nilai semata, maka apa yang akan dilakukannya adalah bagaimana caranya mendapatkan nilai yang bagus dengan cara yang instan tanpa memakan banyak waktu dan proses panjang yang melelahkan, maka jalan yang dipilihnya adalah dengan berlaku curang atau mencontek.

Inilah mengapa saya ingin mencoba membuat sebuah artikel yang akan membahas mengenai nilai dari sebuah proses, karena jika kita tela’ah ternyata yang bernilai dari hidup ini adalah sebuah proses, dan bukan hasil seperti apa yang kita damba-dambakan.
Bisa kita ambil pelajaran dari apa yang disampaikan Nabi Muhamad SAW atau apa yang terdapat dalam Al-Quran, bahwasannya manusia hanya wajib berusaha, sementara hasilnya hendaklah kita serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.

Kita semua yakin, Allah tidak akan pernah berbuat Dzolim terhadap hambanya, jikalau prosesnya benar, bersungguh-sungguh berusaha, melalui proses tersebut dengan menikmatinya dan bersabar terhadap hambatan, maka pastilah Allah akan memberikan hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan. “Man Jadda Wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh maka berhasillah dia!.

Dr. Andhyka P Sedyawan dgn Nurdin Al Azies
Yang harus menjadi catatan untuk kita pada saat ini adalah selalu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar , selebihnya terserah ALLAH SWT.
Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya, sebetulnya bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka, karena menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena ALLAH dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yang mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.



Bagi kita kuliah adalah suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu hingga akhirnya hidup kita bisa lebih meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuannya adalah agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain.

Dalam mencari rizki ada dua perkara yang perlu selalu kita jaga, ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilainya, dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yang sangat penting. Dalam perkuliahan, niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda, karena belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.

Sahabat. Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuatnya mutu kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau nyontek lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah, karena apa yang kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karenanya jangan terlalu terpukau dengan hasil.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil, karena hasil yang bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan ALLAH. Kalau misalnya kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yang mampu kita kelola. Suatu saat ALLAH memberikan untung satu milyar, nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena setiap datangnya rizki akan efektif kalau iman kitanya bagus dan kalau ilmu kitanya bagus. Kalau tidak, datangnya uang, datangnya gelar, datangnya pangkat, datangnya kedudukan, yang tidak dibarengi kualitas pribadi kita yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang bagus, jadi petantang-petenteng, jadi sombong, jadi sok tahu, maka dia jadi nista dan hina karena kedudukannya.

Ada orang yang terjerumus, bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat karena uangnya juga tidak ada, tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba dia begitu mudahnya mengakses tempat-tempat maksiat.

Nah, Sahabat. Selalulah kita nikmati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yang hasilnya begitu enak itu telah melewati proses yang begitu panjang dan lama. Mulai dari mencari bahan-bahannya, memilah-milahnya, menyediakan peralatan yang pas, hingga memadukannya dengan takaran yang tepat, dan sampai menungguinya di open. Dan lihatlah ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja, sudah habis. Apalagi biasanya tidak dimakan sendirian oleh yang membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tidak menikmati proses membuatnya, dia akan rugi karena dapat capeknya saja, karena hasil proses membuat kuenya pun habis dengan seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yang kita nikmati itu bukan sekedar hasil, tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya ALLAH. Kemudian saat melahirkannya pun berat dan sakitnya juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin, cengengnya luar biasa, di SD tidak mau belajar (bahkan yang belajar, yang mengerjakan PR justru malah ibunya) dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tidak pakai keikhlasan, maka akan sangat tidak sebanding antara balas budi anak dengan pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anaknya berhasil, sedangkan prosesnya sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal, naudzhubillah, apa yang kita dapatkan?

Inilah yang akan menjadi pelajaran kita saat ini. Sekali lagi yang bernilai dari hidup ini adalah proses yang kita hadapi, jika didalam melalui proses ini terdapat sebuah kejujuran, keteladanan, dan kesabaran maka tak ayal hasil yang akan kita dapatkan adalah hasil yang baik pula. Bukannya apapun yang kita dapatkan didunia ini baik itu kekayaan, ilmu, takhta tak lain adalah kita ingin hidup terhormat baik dihadapan sesama makhluk maupun di hadapan Allah. Maka sudah pasti jawabannya adalah satu luruskan niat dan nikmati proses kehidupan ini dengan sebaik-baiknya proses.

Wallahua’lam..

adds