Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

10 Oktober, 2011

Manajemen Waktu untuk para aktivis kampus

Oleh : Nurdin Al-Azies


Semakin tinggi tuntutan maka akan semakin padat aktivitias dan kegiatan yang dilakukan, beginilah jalan hidup yang di lalui sebagai seorang aktivis dan sebagai seorang akademisi di kampus, ketika keseharian nya di tuntut untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah, dari kuliahnya ia harus membuat makalah, presentasi dan membaca berbagai referensi sebagai penunjang akademisnya, seorang aktivis di berikan bonus kegiatan lainnya yang menjadikan hari-harinya padat dengan aktivitas.

Tapi disadari atau tidak, inilah yang menjadi kelebihan dari seorang aktivis kampus, dimana kampus adalah salah-satu tempat yang dijadikan labolatorium percobaan kehidupannya sebelum terjun dimasyarakat, di kampus inilah seorang aktivis membina diri, mensimulasi dirinya bagaimana sesungguhnya menjadi orang yang luar biasa, belajar menajemen diri dan melatih jiwa kepemimpinannya, belajar bagaimana mempengaruhi dan menggerakan orang lain, mampu memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya baik untuk dirinya maupun untuk orang-orang disekitarnya. Dari sinilah akan tumbuh orang-orang yang akan membawa perubahan baru untuk negara ini, dari sinilah lahirnya para organisator-organisator tangguh, yang akan memiliki segudang aktivitas yang tidak dimiliki oleh mahasiswa-mahasiswa normal lainnya.

Karena berbagai amanah inilah seorang aktivis dituntut untuk bisa mengorbankan,tenaga, materi, fikiran, perasaan dan hal penting-penting lainya seperti waktu. waktu merupakan salahsatu hal yang paling penting dan menjadi salah-satu faktor penentu akan kesuksesnya, maka wajib bagi seorang aktivis untuk bisa melakukan manajemen waktu dengan sebaik-baiknya agar dapat di gunakan secara efektif dan seefisien mungkin, untuk memaksimalkan tuntutan aktivitas dan targetan dari amanah yang dijalankannya.

Seorang aktivis muslim, meyakini bahwasannya hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari yang akan datang harus lebih baik dari pada hari ini, sehingga ia di tuntut harus terus berusaha memperbaiki dirinya dari hari-kehari, dia harus menjadi sosok tauladan bagi para mahasiswa lainnya, karena apa yang ia sampaikan hendaknya sesuai dengan apa yang ia kerjakan, dan apa yang ia kerjakan harus menjadi tauladan bagi orang-orang yang ada di sekelilngnya.

Musuh terbesar bagi seorang aktivis adalah waktunya sendiri, jikalau waktunya berlalu tanpa pemanfaatan yang berarti maka dia di kategorikan sebagai orang yang merugi.
Manajemen waktu bukanlah sebuah perkra yang mudah dilakukan, karena ini berhubungan dengan karakter dan kebiasaan seseorang, akan tetapi manajemen waktu hendaknya menjadi sesuatu yang dibiasakan, karena manejemen waktu adalah pembiasaan. Manajemen waktu yang baik di lihat dari bagaimana ia melewatkan waktunya dengan efektif, produktif dan efisien. Kesibukan bukanlah faktor yang menentukan bahwa ia telah menggunakan waktunya dengan optimal atau belum, sibuk bila hanya mengerjakan sesuatu yang tak bermanfaat dan tak ada tujuan yang jelas dari apa yang dia kerjakan adalah pemborosan waktu yang berbahaya.

Banyak sekali saya melihat seorang aktivis yang kesehariannya bagaikan mesin yang tak bisa berhenti untuk bekerja, selesai dengan kegiatan satu, ada lagi kegiatan lainya, pergi kesatu tempat, ke tempat lain, terus begitu kegiatannya setiap waktu, seolah-olah hidupnya begitu sibuk. Jika di tanya apa yang anda lakukan, mereka menjawab “ saya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya”, lantas saya bertanya kembali “apa yang menjadi targetan anda satat ini sehingga anda terlihat begitu sibuk dengan aktivitas anda?, mereka hanya bisa menjawab “saya melakukan sesuatu karena saya menyukainya.

Sahabat, apakah waktu yang kita lewati setiap harinya hanya dilalui dengan bagaimana kita memanfaakan waktu dengan kegiatan yang kita sukai tanpa targetan yang jelas. Jika begitu sepanjang apapun waktu yang diberikan kepada kita, itu takan berarti sedikitpun. Pantas saja banyak orang yang terlihat sibuk dengan berbagai aktifitas nya tetapi tidak pernah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, ketika diberikan amanah baru dia menolak lantaran di sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaannya, kesibukannya terkadang menjadi alasan dan menjadi kambing hitam untuk tidak mengerjakan tugas kuliah, untuk tidak hadir di rapat rutinan organisasinya, dll.

Banyak kasus yang terjadi berlatar belakang dari kegagalan seorang aktivis dalam memanajemen waktu yang dia miliki. Kasus ini dapat terjadi mulai dari kegagalan dalam perkuliahan seperti gagal lulus di mata kuliah tertentu dan harus mengulang tahun depan, indeks prestasi rendah atau di bawah rata-rata, hingga keterlambatan dalam kelulusan. Ataupun bisa jadi kegagalan dalam organisasi seperti tidak dapat berkontribusi, tidak dapat mengemban amanah yang dipercayakan kepadanya, kegiatan yang dia kelola tidak berjalan dengan baik karena kurangnya persiapan, organisasi yang dia pimpin terseok-seok karena kurang mendapatkan perhatian dan ayomannya. Kegagalan-kegagalan tersebut adalah karena konflik kepentingan dan prioritas di kedua dunia. Bisa jadi kegagalan hanya terjadi di salah satu atau bahkan kedua-duanya. Kegagalan di kedua dunia aktivis tersebut memang sangat disayangkan sekali. Apalagi, salah satu peran penting seorang aktivis adalah dapat memberikan tauladan yang baik bagi rekan-rekan mahasiswa lainnya. Dan lagi-lagi, ternyata akar dari semua permasalahan itu adalah karena seorang aktivis belum dapat memanajemen waktu yang dia miliki dengan baik. Jika seorang aktivis memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik tentu saja bukanlah hal yang sulit baginya yang memang sudah terbiasa untuk mengatur orang lain, kegiatan, dan organisasi yang dia pimpin untuk mengatur dirinya sendiri.

Akan tetapi disisi lain, saya melihat masih ada mahasiswa atau seorang aktivis yang ketika orang lain sibuk dengan kegiatannya, dia malah bingung hari ini akan melakukan aktivias apa?, hari ini di mau habiskan waktunya dimana?. Hal ini menunjukan menajemen waktu yang baik bukan dari bagai mana ia mampu melewatkan waktu atau menghabiskan waktunya dengan kepadatan aktivitas, melainkan manajemen waktu yang baik adalah bagaimana ia memanfaatkan waktunya dengan produktif, efektif dan efisien, dari setiap aktivitas yang dilakukannya memiliki targetan dan tujuan yang jelas, memiliki skala prioritas dan yang terpenting apapun yang dia lakukan dia kerjakan dengan fokus, kerjanya dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat, atau banyak motivator mengungkakan dengan istilah kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas. Itulah manajeman waktu yang sesungguhnya.

Terakhir rumus untuk melakukan manajemen waktu yang baik menurut DR Jan Yager yang pernah saya baca dari salahsatu buku manajemen waktu adalah:

(DO IT NOW):
  • D = Divide (bagi-bagilah tugas).
  • O = Organize (atur bagaimana melaksanakannya).
  • I = Ignore (abaikan gangguan).
  • T = Take (ambil Peluang).
  • N = Now (lakukan sekarang juga, jangan menunda-nunda).
  • O = Opportunity (ambil kesempatan selagi ada).
  • W = Watch out (waspada dengan waktu yang terus berjalan).

Hambatan utama dalam mengatur waktu adalah ketidak mampuan untuk berkata “tidak”, penundaan, pekerjaan tulis menulis, mengendalikan pengaruh telepon dan televisi, kegagalan dalam menentukan prioritas, waktu pulang pergi dalam melakukan perjalanan, mengeluh, dan beralasan terhadap berbagai pekerjaan yang dilakukan.

Semogadari apa yang saya tulis ini bisa menjadi pencerahan bagi sahabat, mengenai bagaimana melakukan manajemen waktu yang baik untuk keberhasilan kita, keberhasilan akademis kita, keberhasilan organisasi kita, dan keberhasilan-keberhasilan lainnya yang menguntungkan semua pihak. Satu kata kunci lagi dari saya adalah, apapun yang kita lakukan hendaknya selalu aktif (bukan reaktif), tentukan sasaran, tentukan prioritas dalam bertindak, pertahankan fokus, ciptakan tenggat waktu yang realistis, dan lakukan sekarang juga. Karena menunda-nunda pekerjaan adalah pencurian waktu.

adds