Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

31 Juli, 2012

Ramadhan ke-11 (CERPEN)

Kisah insfirasi dari perjalanan ramadhan ke-11

Sore itu langit sedang berawan dan sang surya pun menyembunyikan wajahnya yang bulat diantara awan-awan yang berserakan diangkasa. Tampaknya hari itu dia tidak rela untuk meninggalkan hari yang begitu damai dan bersahaja. Angin bertiup lembut kearah barat seolah sedang menunjukkan jalan pulang pada mentari untuk segera menyelesaikan tugasnya.
Hari itu adalah hari kesebelas puasa ramadhan. Dimana pada kesempatan itu aktifitas di kampus begitu lenggang, pasalnya sedang dalam keadaan libur kuliah.


Aku, Putra, Abel dan Kurniawan tengah asik diskusi tentang kegiatan ramadhan apa yang akan dilakukan tahun ini.

AZZIKRA ! , sontak, aku mengajukan satu nama Masjid yang ada di Kabupaten Bogor. Tak perlu lama-lama untuk mereka berfikir menanggapi usulan ku itu, ternyata mereka setuju.

Diskusipun terhenti sejenak, karena sayup-sayup suara Adzan berkumandang terbawa angin sore yang mendarat di daun telinga kami yang saat itu fokus mencari sebuah masjid yang akan kita singgahi di Ramadhan kali ini, untuk selanjutnya kita memutuskan akan berangkat setelah solat Ashar.

“Nanti kita kumpul setelah sholat asar ya”, aku mengajukan usulan kepada kawan-kawan yang lantas mereka hanya menganggukan kepala tanda setuju.

Bergegas menuju masjid kampus, menelusuri lorong nan panjang, kami merasa bersyukur, diberikan kesempatan menikmati ramadhan tahun ini dengan penuh keberkahan, tenggorokan ku memang kering, tapi aku bersyukur hati ku masih diluputi oleh siraman anugrah yang dikucurkan Allah melalui ke3 sahabat ku itu.

Sedikit orang yang bergegas menunaikan panggilan Allah adalah tanda, bahwa masih banyak diantara kita tidak mampu untuk mensyukuri atas apa yang pernah diberikan oleh Rabbnya, “Alangkah murahnya hati Mu ya Rab, dikala kami lalai Kau masih memberikan kami kesempatan menikmati kehidupuan ini dengan penuh rizqi”, gumamku sambil menelusuri lorong panjang yang membentang menuju masjid kampus. Kami bergegas mengambil air wudhu.

Allahhuakbar”, sang imam dengan suara yang merdu memulai sholat asar dengan begitu khusuk, akupun mengikuti seluruh gerakan yang ia pimpin hingga salam usai. Sejenak ku berzikir lantas ku bergegas untuk berkumpul kembali melanjutkan perbincangan tadi yang terpotong.

Zis,!” Putra menyapa mengawali perbincangan kami, terus pake apa kita kesana? Dengan nada penasaran putra bertanya. “Naik Angkutan umum lah, 05 jurusan Bubulak – Cileungsi”. Lantas pertanyaan putra ku jawab. “Kalo gitu tunggu apa lagi, nanti keburu sore, ayo kita berangkat!” abel dengan nada semangat menimpal perbincangan kami, kamipun bergegas untuk berangkat.

Kami turun dipersimpangan tol yang mengarah ke Jakarta. Rp.5000, ongkos yang ditagih untuk membayar tumpangan kami di angkutan umum itu, perjalanan kami berlanjut hingga 2 kilo menyusuri jalan nan tandus, lelah yang mendera tergantikan dengan kemegahan masjid yang kami lihat dari kejauhan, “ Subhanallah, ini hanya Bangunan ciptaan manusia, bagaimana jika nanti kita bisa menyaksikan istana Allah yang sebenarnya diakhirat”, aku kembali berguman tanda takjub atas apa yang aku lihat kali ini.



Pelajaran berharga dari anak panti.

Perjalanan kami berakhir dengan sambutan kumandang adzan magrib yang menandakan sudah waktunya kami untuk mengakhiri saum di hari ini. Sungguh kenikmasan yang Allah berikan kepada kami yang luarbiasa, disaat dahaga hampir tak tertahan Allah sejenak menghapus kewajiban puasa kami pada hari ini, kamipun bergegas untuk melaksanakan buka puasa.

Tap!, langkah kami terhenti didepan masjid, niat hati mau sejenak duduk menghilangkan lelah, ada ibu separuh baya menghampiri dan mempersilahkan kami untuk mengikuti ifthor jama”i (buka puasa bersama) dengan santri dan anak-anak panti Asuhan yang ada di tempat itu, dengan nada malu-malu tapi mau, kamipun mengikuti sang ibu tadi untuk ikut bergabung dengan mereka.
Disini aku mendapatkan pelajaran yang cukup berharga, Air mineral, dan kurma serta sepotong kueh yang dibungkus plastikpun menjadi pengisi perut ku kali ini, ini berbanding terbalik atas hidangan yang sering kumakan ketika waktu berbuka tiba, disini hanya ada kesederhanaan dan kebersamaan, aku menikmati semuanya ini.

Raut muka adik-adik santri panti asuhan ini nampaknya menjadikan ku orang yang penuh syukur, bagaimana tidak , ditengah waktu yang biasa kita bermanja-manja kepada orang tua untuk dihidangkan makanan kesukaan buat berbuka puasa, mereka bahkan tak tahu orang tua mereka sekarang ada dimana.

Selama ini memang ketika berbuka puasa aku selalu menyiapkan makan besar seolah-olah aku sedang membalas dendam pada makanan setelah seharian tidak makan dan minum sedikitpun. Tak jarang juga kalau setelah itu perutku akan terasa sakit sekali sampai tidak bisa bergerak karena kekenyangan. Dan yang pasti waktu maghrib pun akan berlalu sebelum aku menunaikannya. Aku jadi sedih, ternyata aku belum berhasil untuk menahan hawa nafsu yang selama ini diajarkan di mutiara-mutiara ramadhan setiap harinya.

Dalam hati aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi seorang muslim yang benar-benar mengikuti sunnah rasulnya. Terbayang olehku akhlak rasulullah yang begitu mulia hingga seluruh umat manusia dimuka bumi ini begitu mengenalnya.

Seselesainya ifthar, aku dan kawan-kawanku bergegas, menunaikan sholat Maghrib, setelah sholat rencananya kami akan mencari makan di sekitar masjid, namun apa dikata tak ada satu warungpun buka, akhirnya kami hanya menikmati gorengan yang kami bawa dari kampus yang kami beli sebelum kami berangkat. Aku rasa, gorengan pun cukup untuk mengisi perut kami sementara.

Sholat isya telah tiba, kumandang adzan yang merdu membawa kami bergegas untuk memenuhi panggilan itu, hingga kamipun menunaikan sholat dengan khusuk, setelah sholat isya dilanjutkan dengan sholat Tarawih berjamaah, kami mengikuti rakaat demi rakaat dengan penuh semangat. Suasana hatiku saat itu sangat tenang.

Menjelang malam, kami masih menikmati suasana nan teduh dibawah lindungan kubah masjid yang begitu megah dengan melantunkan ayat-ayat Allah, aku menikmati hari-hariku dekat dengan-Nya, hingga mataini tak kuasa untuk membacanya lagi. Aku turut terlelap menyusul kawan-kawanku yang sudah tertidur sejak awal.

Bertemu dengan Ust. Arifin.

Teng, dentang alarem berdering keras membangunkan ku dari tidur pulas, sengaja ku nyalakan alarm HP, agar aku tidak telat bangun. Ku lihat jam, ternyata waktu tengah menunjukan pukul 03.00, waktunya kami harus Sahur.

Kurniawan “ lah kita mau makan apa”, Putra ”YA makan Nasi lah, masa batu..!“ (dengan nada menyindir pertanyaan kurniawan yang baru terbangun.

Kami bergegas mencari kantin atau warung yang ada disekitar masjid dan Alhamdullilah menemukan satu warung makan, lantas kami makan dengan lahapnya. “Jadi berapa Bu” aku mencoba menanyakan berapa harga makanan yang ku makan kali ini, “ semuanya 11 Ribu”, penjaga warung menjawab, aku menyodorkan uang 20 ribu dan langsung dikembalikan 9 Ribu rupiah.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa waktu imsak tinggal 5 menit lagi, kami langsung bergegas kembali kemasjid yang selanjutnya setelah waktu subuh tiba kami berjamaah menjalankan sholat subuh.

Asalamualaikum Warahmatullah” imam mengakhiri sholat subuh, sesaat ku tertegun, melihat seorang sosok yang sering ku lihat dan ku kagumi karena ceramah-ceramahnya yang menggugah hati di layar kaca.

“Ust. Arifin“ Putra membisikan ketelingaku, ya ternyata benar apa tebakku, ternyata itu Ust. Arifin, sesaat ku melihat sosok itu, tiba-tiba tak lama dari itu, beberapa orang menghampirinya bagaikan akan membuat lingkaran kecil, dengan duduk melingkar dan saling berhadapan, mereka membuka Al-quran dan mulai mengaji, aku dan putra berniat untuk gabung, walau agak sedikit malu akhirnya kami memberanikan diri untuk ikut bergabung dengan khalaqahnya.

Satu persatu dari kami secara bergiliran membaca ayat Al-quran, jika ada yang salah, Ust. Arifin bergegas membenarkan bacaan. Disela-sela kami membaca Al-Quran beliaupun secara santun menyampaikan isi dan kandungan dari ayat-ayat yang kami baca untuk dijadikan pelajaran, sungguh pengalaman yang sangat berharga yang bisa aku dapatkan.


“ Ikhwah, Allah mencintai pemuda yang walau dengan darah mudanya yang masih mengglora, serta hasrat yang sangat tinggi untuk melakukan maksiat, akan tetapi pemuda itu tetap tabah, sabar dan Istiqamah menahan godaan tersebut dan memilih untuk mendekatkan diri kepada ALLAH, sungguh allah cinta kepada pemuda seperti antum-antum ini, dimana orang terlelap tidur kembali setelah subuh, antum bisa hadir jauh-jauh datang menunaikan sholat subuh berjamaan ketempat ini, subhanallah, Antumlah yang dirindukan bidadari-bidadari syurga itu, mereka sedang bersolek menunggu kedatangan antum kelak”.
Itulah sepenggal ceramah nya yang sontak membangkitkan semasngat dan hasrat kami jauh lebih baik dalam beramal.

Halaqahpun usai, dengan ditutup doa kifaratulmajlis, kamipun lantas menunaikan sholat syuruq dan duha sebagai penutupan kegiatan pagi di hari kesebelas ini. kami pun berpisah, lantas kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang dengan niat berjalan kaki kembali.

Saat kami berjalan sambil sesekali mengarahkan kamera ke objek yang menarik, di kejauhan ada sebuah mobil berhenti, terbukalah kaca mobil itu, terlihat seorang didalam mobil melambaikan tangannya mengajak kami untuk ikut kedalam mobilnya.

Tak disangka ketika kami dekati ternyata Ust.. Arifin, “ AfwUst, ada apa ya?” saya bertanya “ Udah Naik, mau kedepankan” tanpa kami perkirakan Ust. Arifin secara redah hati menawarkan kami untuk ikut dimobil mewahnya serta mengantarkan kami hingga keluar tol. Niat hati ingin jalan kaki kembalipun tergantikan karena ajakan Ust. Arifin, seorang Ulama yang besar dan tenar mengajak kami ikut bersamanya. Kamipun tak menolaknya.

Selama perjalanan didalam mobil ia bercerita banyak mengenai kisah pribadinya dan beberapa tausiyah kecil sebagai penyemangat untuk kami dalam menapaki hidup, “Ust, apa tipnya agar kita bisa menjalani semuanya, dan bisa sukses seperti antm”, aku coba menanyakan rahasiah kesuksesannya”, Ia hanya menjawab satu kata “ ISTIQAMAH”.

"Aku, Abel, Ust. Arifin, Kuriawan, Putra"


KATA ITULAH YANG AKAN KUJADIKAN PEGANGAN KU DALAM MENJALANI HIDUP.






_________________________________
Terimakasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat
dari sahabat kreatif mu 
Nurdin Al-Azies

adds