Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

17 November, 2012

Kemana Idealisme yang Hilang itu?


Masa-masa mahasiswa telah usai dan kini saatnya aku berkarya di dunia nyata, didunia yang menjadi ladang dalam memperoleh segala hal, termasuk wawasan, pengalaman dan ilmu pengetahuan.

Memiliki cita-cita dan tekad kuat untuk menggapainya, adalah salah-satu karakter yang aku miliki, hingga cita-cita tersebut terwujud sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sebagai seorang mantan aktivis kampus,  tentunya masih tertanam didalam jiwa ini rasa idealime yang tinggi, melihat keadaan di sekitar lingkungan kerja misalkan, terkadang ingin berbuat banyak dengan keadaan tersebut,  ingin merubah keadaan sampai keadaannya jauh lebih baik, namun apa daya sebagai seorang karyawan baru, siapa juga yang mau nurutin apa kata-kata ku, sudahlah semuanya harus dijalani dengan penuh ikhlas, tapi aku punya tekad kuat, jika saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa karena keterbatasan jabatan, maka aku pastikan dimasa yang akan datang aku akan menjadi pemegang jabatan tertinggi, agar mampu merubah kondisi. 

Idealisme kita dalam menghadapi fenomena kehidupan harus selalu eksis dan terpelihara. Betapa pun besarnya terpaan, sedahsyat apapun  cobaan, maka idealisme kita harus tetap utuh dan terjaga. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ujian dan terpaan hidup akan selalu datang tanpa peduli keadaan siapapun. Adakalanya ujian dan cobaan hadir di tengah-tengah tatkala kita sedang bertabur suka cita dan bahagia, dan adakalanya cobaan tersebut datang ketika kita tengah diliputi duka nestafa.
Maka disinilah kita harus benar-benar berjuang mempertahankan idealisme dalam menjalani hidup. Jangan biarkan idealisme tergadaikan dengan uang, terkubur mati dengan kedudukan, dan terbang menghilang oleh hembusan angin kekecewaan. 

Di tempat kerja ku sendiri, idealisme itu hampir sudah punah, dimana orang-orang berlomba-lomba mempromosikan diri untuk mencapai jabatan tertentu, pertanyaannya jika sudah diraih lantas mau apa lagi..? ya tabiat manusia jika hanya mengejar materi maka tak akan pernah puas. Beda dengan saat-saat kuliah dimana aktivitas yang kita lakukan betul-betul merupakan program kerja yang kesuksesannya justru tidak pernah sedikitpun di hitung dari materi, misalkan provit atau keuntungan organisasi, tapi ya namanya juga perusahaan, semuanya tentu di ukur dari provit tadi. 

Walau dalam kenyataanya, aku pun memahami, idealisme itu memang terbatasi oleh realitas yang ada, misalnya kamu mau berbuat baik memberikan infaq untuk sesama yang membutuhkan, akan tetapi kamu ingat bahwa keluarganya dirumah masih memerlukan tambahan uang untuk membeli kebutuhan lain, wal hasil kamu berfikir ulang, dari pada di infaqan ke orang yang tidak di kenal, mending untuk keluarga saya dirumah.. misal contohnya seperti itu.

Makanya, ternyata idealisme itu memang harus terus dilatih, di pupuk dan di amalkan, fungsinya untuk apa idealisme harus di pelihara..? 

Seseorang yang memiliki idealisme yang tinggi, baik dalam bekerja atau yang lainnya, maka ia akan lakukan seluruh tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh rasa senang dan tanggung jawab tanpa ada rasa jengkel apalagi malas dalam bekerja. 

Menurut sosok seoarang yang idealismenya tinggi, ia menganggap bahwa seluruh tugas yang ia lakukan merupakan satu langkah dari rangkaian ibadah kepada Allah swt, bukan hanya semata-mata mencari napkah atau penghasilan saja, tetapi dalam dimensi lain kita pun butuh dengan yang namanya ibadah,  inilah  kenapa idealisme masih wajib tertanam didalam hati kita.

Pantas saja di negara kita saat ini pejabatnya berlomba-lomba untuk melakukan korupsi,  karena di sudah kehilangan idealismenya yang semasa kuliah mungkin justru merekalah yang koar-koar mengenai pemberantasan korupsi.

Aku yakin, dulu yang banyak menjadi politisi-politisi yang saat ini sudah manggung di politik pada awalnya juga mengenyam kuliah dan pernah menjadi aktivis mahasiswa, Namun pada kenyataan di lapangan, ternyata tidak sedikit mantan aktivis kampus tersebut yang dengan mudah melepaskan dan berubah haluan dari sosok yang idealis menjadi seseorang yang materialis atau fragmatis yang segala sesuatu hanya diukur dengan materi. Kebutuhan seseorang dalam hidup memang tidak dapat dielakkan, baik kebutuhan yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier. Akan tetapi, apakah hanya karena hal tersebut idealisme seseorang harus tergadaikan?

_________________________________
Terimakasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat
dari sahabat kreatif mu 
Nurdin Al-Azies

adds