Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

01 Juni, 2013

"Kebangkitan Perempuan Tanpa Emansipasi dan feminisme"


Merasuknya ide-ide emanisasi dan feminisme kedalam berbagai sektor kehidupan perempuan Indonesia, semakin hari

Keadaan diatas menggerakan Mahasiswi yang tergabung dalam Komunitas penghuni Rusunawa (Asrama) Putri Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Meggelar seminar bertajuk "Kebangkitan Perempuan Tanpa Emansipasi dan feminisme". Seminar yang berlangsung hangat pada hari Rabu, 22 mei 2013 ini menghadirkan dua orang Narasumber yang memang dikenal sebagai aktivis muslimah yang conceren mengkritisi dan membendung ide-ide feminisme. Mereka adalah Dr. Dinar Dewi Kania, yang merupakan direktur Eksekuitf Centre Of Gender Study (CGS) dan peneliti dari Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Dr. Erma Pawitasari,Pengasuh rubrik konsultasi pendidikan dalam Tabloid Suara Islam dan Direktur Andalusia Islamic Education and Management Services (AIEMS).

Dalam seminar ini Dr. Dinar Kania memaparkan lebih jauh mengenai seluk beluk gerakan feminisme dan perkembangannya, juga dampak yang di timbulkan ketika ide ini menyusup dalam ranah konsep dan tatanan sosial kaum muslimah. Beliau memberikan konklusinya, "Umat Islam seharusnya lebih cerdas dak kritis dalam menyikapi agenda-agenda feminisme yang sering kali disusupkan melalui program pemberdayaan perempuan. Kemunduran yang dialami umat Islam saat ini tidak dapat diselesaikan dengan mengadopsi  mentah-mentah pemikiran barat, apalagi dengan memaksakan syariat islam agar tunduk kepada pemikiran tersebut. Gerakan yang di perlukan untuk mengatasi permasalahan perempuan adalah dengan meneladani para muslimah di jaman keemasan Islam, bukan malah menjiplak pemikiran dan gaya hidup perempuan Barat yang kebablasan."

Sementara Dr. Erma Pawitasari memberikan pemaparan tentang peran muslimah dalam ruang publik, beliau menyimpulkan, "Islam telah memberikan petunjuk secara jelas mengenai hukum dan aktivitas muslimah dalam ruang publik beserta prioritas amal baginya. Islam tidak hanya memperbolehkan wanita beraktivitas di ruang publik, adakalanya justru islam mewajibkan yakni ketika posisi tersebut mengharuskan kehadiran wanita. Namun tugas ini tidak dapat digeneralisir. Ada prioritas mengenai wanita mana yang lebih terbebani suatu kewajiban atas kewajiban lainnya. prioritas ini dilihat dari kondisi masing-masing individu, sebab Allah menciptakan perbedaan-perbedaan pada hambaNya agar manusia dapat saling mengisi dan membantu."

Seminar yang berlangsung di Auditorium UIKA ini cukup menarik perhatian mahasiswi, terbukti bangku yang disediakan panitia untuk peserta perempuan terisi hingga baris terakhir. Para audiens pun terlihat antusias menyimak pemaparan narasumber, suasana semakin hangat ketika memasuki sesi tanya jawab. beberapa kali gema takbir dan tepuk tangan membahana ketika terlontar statement-statement nyentil dan kritis dari para pembicara.
-semakin terasa dampak buruknya. Kesetaraan gender yang dikehendaki oleh kaum feminis dan penggiat emansipasi menggerus konsep nilai dan taatanan sosial yang telah digariskan Allah bagi laki-laki dan perempuan dalam islam. penyusupan ini demikian kentara dalam ranah akademik, politik pratis, dan kehidupan sosial ekonomi di negeri berpenduduk muslim terbesar ini.

adds