Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

19 November, 2013

JANGAN Bugil depan Kamera!

REMAJA adalah masa perkembangan emosional dan kematangan reproduksi. Di usia ini, faktor lingkungan sekitar turut mengambil peran dalam pembentukan pribadi seseorang. Terkadang, remaja mulai mencari jati diri dengan bersikap lebih liar dan nakal untuk memperoleh sebuah label bagi dirinya sendiri. Bahkan, tindakan yang menjadi kesenangan para remaja ini adalah bereksperimen dengan diri sendiri dengan sesuatu yang dianggapnya menyenangkan.

Sorotan lebih dalam kepada remaja putri karena hasrat terbesar cewek adalah ingin dianggap menarik dan seksi oleh lawan jenisnya. Kebiasaan ini memicu sebagian remaja putri sering mengoleksi foto seksi bahkan hingga bugil di berbagai gadget miliknya.

Fenomena yang terjadi pada remaja putri ini tentu bukan menjadi hal yang wajar, terutama  remaja putri yang ada di kota akan lebih mudah terkontaminasi, apalagi akses media seperti
situs porno lebih mudah dan cepat.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu mahasiswi di sebuah universitas swasta di Kota Hujan. Sebut saja Viona (bukan nama sebenarnya). Ia beralasan, dengan memotret tubuhnya saat sedang tanpa busana, Viona bisa melihat bagian-bagian tubuhnya yang tidak bisa dilihat secara   langsung. Menurutnya, hal tersebut bukanlah sebuah perilaku yang buruk karena foto bugilnya itu bukan untuk konsumsi publik. Kebiasaan berfoto narsis tanpa busana tersebut, ia lakukan semata-mata hanya untuk koleksi pribadi. Terkadang, ia langsung menghapus foto-foto tanpa busana yang ada dalam smartphone miliknya setelah melihat satu per satu hasil jepretannya itu.
“Foto-foto tanpa busana itu bukan untuk saya perlihatkan kepada orang banyak. Tapi saya suka mengunggah foto-foto seksi saya ke akun Instragram saya. Foto yang saya unggah itu tidak bugil, hanya sebatas pakaian bikini saja, itu pun waktu saya main ke pantai bareng temen-temen,” paparnya.

Meski mengaku foto tanpa busana miliknya bukan untuk konsumsi publik, tapi koleksi foto seksi itu kadang menjadi ajang gengsi-gengsian saat sedang kumpul bareng sahabat-sahabat dekatnya. Sering saat waktu luang di kampusnya, Viona saling memamerkan foto-foto seksinya.

Namun Viona tidak menyadari, kebiasaan berfoto seksi mengundang tindak kejahatan. Seperti kejadian yang menimpa sejumlah artis dan penyanyi, foto-foto syur mereka beredar luas di dunia maya. Kasus tersebut berawal dari hilangnya tas yang berisi HP atau Ipad yang berisi foto bugil mereka.

Menurut pengakuan sang artis, foto-foto yang beredar itu diambil dari salah satu HP yang berada di tasnya. Sang artis menyadari  bahwa kejadian yang dialaminya ini atas kesalahan dia sendiri yang lalai memotret bagian tubuhnya sendiri saat sedang tanpa busana, juga ceroboh dalam menyimpannya.

Psikolog Wiwit Liftiah mengatakan, jika remaja tumbuh tanpa dibekali ilmu moral dan keagamaan yang kuat, maka mereka akan menemukan identitas yang tidak sesuai dengan agama, budaya dan kultur masyarakat Indonesia. Salah satunya, tentu dalam hal berpakaian. Apalagi untuk dipublikasikan atau dipamerkan ke umum, seperti pada kebiasaan remaja
putri yang suka berfoto seksi.

Hal itu, kata dia, menimbulkan kecenderungan mencari pengetahuan dengan melakukan eksperimen kepada diri sendiri, yang berkaitan dengan pengetahuan yang belum mereka ketahui seperti halnya seks. “Maka sangat bijaksana bila peran keluarga dapat dioptimalkan di dalam mendampingi para remaja ini untuk tumbuh dan berkembang menemukan identitasnya,” ujarnya.

Kebiasaan negatif biasanya mulai berkembang sejak anak menginjak bangku SMP dan berlanjut ke SMA. Pada titik ini akhirnya mereka banyak mengerti tentang seks dan mencari sebanyak-banyaknya informasi mengenai organ reproduksi, seperti melihat gambar gambar porno, video porno, dan melakukan masturbasi. Selanjutnya, ada yang berkembang melanjutkan kebiasan berhubungan intim, ada yang berhenti sampai pada pengetahuan masturbasi dan melakukannya berulang-ulang.

Jika sudah begini, perlu dilakukan rehabilitasi moral pada anak, agar jangan sampai menyimpang akibat proses menemukan jati diri yang salah. Nantinya, dikhawatirkan malah masuk lubang hitam seperti menjadi pelacur dan sebagainya. “Jangan sampai hal itu terjadi, terus awasi dan perhatikan mereka karena kondisi remaja masih sangat labil,” tandasnya.(_ Radar Kampus)

adds