BISA merasakan jenjang perguruan tinggi adalah impian banyak orang. Suasana dan sistem yang baru dari pendidikan tingkat SMA tentunya memberikan kesan berbeda. Mulai dari suasana, pergaulan dan kegiatan belajar mengajar hingga sistem penilaian. Saat di sekolah menengah, nilai yang diberikan sebagai indikator kemampuan siswa adalah angka 1-10 atau 10-100. Tetapi di perguruan tinggi, kita menemui hingga 4,00.
Indeks Prestasi (IP) merupakan salah satu alat tolak ukur prestasi di bidang akademik atau pendidikan. Meskipun bernama ‘indeks’, IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam rata-rata terboboti.
Penggunaan IP di Indonesia memiliki perbedaan untuk tingkat dasar hingga menengah dan capaian siswa atau mahasiswa. Indeks prestasi (IP) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu proses belajar mengajar tiap semester. Atau secara singkat dapat diartikan sebagai besaran atau angka yang menyatakan prestasi mahasiswa pada satu semester.
Perhitungan IP pada setiap akhir semester bertujuan untuk memperoleh takaran atas prestasi mahasiswa dan dari angka mutu dan SKS atau Satuan kredit Semester. Nilai mutu dilihat berdasarkan huruf mutu, yakni A = 4,B = 3, C = 2, D = 1, E = 0. “Jadi,Kenapa IP Cuma sampai 4,00? sistem penilaian yang disebut dengan indeks prestasi. Skala nilainya yaitu dari 0,00 tingkat pendidikan tinggi. Sistem ini menggantikan sistem rata-rata yang dipakai hingga kurikulum tahun 1875. Semenjak kurikulum 1984 berlaku, IP dipakai untuk mengevaluasi capadan untuk menentukan besarnya beban studi yang dapat diambil yang bersangkutan pada semester berikutnya. Lalu, kenapa skala nilai untuk IP hanya 0,00 hingga 4,00 saja?
Menurut Direktur Akademi Kimia Analisis Bogor, Ir Maman Sukiman, itu adalah aturan baku yang telah menjadi standar acuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. IP tersebut diperoleh kenapa IP maksimal 4,00 dan bukan 10,00, karena dilihat dari indeks atau skalanya yang dilihat dari angka mutu dan SKS. (RK)
