Duta Besar Paraguay Saat memberikan materi pada Studium General di UIKA Bogor |
Berbicara
mengenai Islam dan perjalanan nya menemukan Islam adalah topik favoritnya
ketika di minta untuk datang ke berbagai tempat. terbukti ketika di undang
untuk menjadi pembicara di studium general (17/02/15) yang diadakan oleh UIKA
Bogor, dengan sangat antusias beliau meyakinkan diri untuk siap datang kapanpun
bila di minta.
Sebagai seorang mualaf, Cecar Esteban Grillon mengaku bangga menjadi seorang muslim, oleh karenanya dia punya tekad untuk ikut berjihad mendakwahkan Islam kapanpun dan kepada siapapun, termasuk mahasiswa UIKA Bogor yang notabene jauh lebih dahulu mengenal Islam ketimbang dirinya.
Duta Besar
Republik Paraguay untuk lima negara ASEAN berbasis di Jakarta itu, memutuskan
masuk agama Islam dan resmi menjadi seorang mualaf dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat disaksikan Menteri Agama Indonesia Suryadharma Ali saat itu dan
dihadapan ribuan jamaah shalat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta pada Jumat, 27
September 2014.
Kunjungannya
ke UIKA Bogor kali ini ialah untuk sharing dan berbagi cerita tentang kisah dan
perjalanan hidupnya menemukan Islam, ia yakin bahwa walaupun yang ia hadapi
adalah mereka yang jauh lebih faham terhadap keislamanya, tapi ia ber pendapat
bahwa belum tentu yang sudah berislam semenjak lahir, lebih bangga kepada
agamanya dibandingkan dia yang baru menemukan hidayah ini.
"Saya
ingin meyakinkan kembali atas keislaman kalian semua, bahwa hidayah itu
sangatlah mahal harganya, tak semua orang diberikan hal luar biasa seperti ini,
oleh karenanya jaga itu dengan baik dan pertahankan dengan semaksimal mungkin".
Bagi dia,
tak mudah berpindah keyakinan dari Katolik kepada Islam, apalagi status yang
saat ini ia sandang adalah sebagai perwakilan satu negara yang didalamnya
memiliki mayoritas penduduk beragama katolik.
"Banyak
sekali tentangan dari sana-sini tapi saya tidak takut, walaupun saya harus di
pecat sebagai duta besar pertama paraguay untuk asian ini, Insya Allah saya
tetap teguh mempertahankan keyakinan saya yang sangat berharga ini".
Cecar menjelaskan,
sebagai seorang dari Negara Barat, dia mengaku tidak terlalu akrab dengan
Islam. Banyak kesalahpahaman publik di negara-negara barat tentang Islam,
memprovokasi menuju Islamophobia, kebencian agama.
“Islam
adalah agama yang indah, penuh hikmat dan harmonis. Islam adalah agama kasih
dan damai,” tegasnya.
Namun
demikian, menurutnya, Barat memiliki banyak stereotip dan miskonsepsi tentang
Islam yang disebabkan oleh media, propaganda, dan hasutan. Islam sering
dipandang sebagai “ekstrimis”, “teroris”, atau agama “keras”. “Banyak orang
(barat) membenci Islam dan tidak mau mengakui ajaran yang benar,” katanya.
Sampai titik
tertentu, anaknya, Andrew, 24, memberikan sebuah buku berjudul “A Brief Guide to Islam: History, Faith and
Politics — The Complete Introduction” ditulis oleh Paul Grieve yang
diterbitkan pada 27 Maret 2006. Buku ini pun membuka mata hatinya. “Anda harus
membaca ini, kata anak saya. Setelah saya baca, saya menemukan Islam yang
sebenarnya. Sebuah persaudaraan sejati,” kata duda dengan empat anak.
Melalui buku
ini Cecar menemukan Islam tidak seperti yang dijelaskan oleh banyak
media-media barat. “Islam adalah agama yang indah, penuh hikmat dan harmonis.
Islam adalah agama kasih dan damai. Cinta adalah salah satu prinsip manusia
paling mulia dan sifat-sifat yang menumbuhkan semangat interaksi, solidaritas,
serta kerjasama juga menambahkan kasih sayang dalam jalinan hubungan manusia
dan hubungan kepada tuhannya,” kata Cecar mengungkapkan kekagumannya terhadap
Islam.
Menariknya,
penulis buku tentang Islam yang di baca Cecar ini, Paul Grieve adalah seorang
ateis, tidak mempercayai adanya tuhan, ia bukan dilahirkan menjadi Muslim, dai
atau bangsa Arab.
Tujuan sang
penulis adalah semata untuk menginformasikan apa Islam itu. “Itu sebabnya
saya pikir dia pasti objektif dalam menulis buku tentang Islam karena
sebagai seorang ateis yang tidak memiliki kepentingan untuk mempromosikan Islam
dan apa yang dia lakukan hanya menggambarkan fakta dan kebenaran tentang
Islam,” kata Cecar.
“Saya yakin
Paul Grieve dalam buku ini menginformasikan pembaca tentang Islam secara
obyektif,” tambah Cecar.
Dari buku
itu, Cecar benar-benar memahami bahwa hanya Islam yang secara tegas
mendeklarasikan bahwa Allah itu satu dan tidak ada tandingan atau sesuatu pun
yang dapat menandinginya.
Dia menggambarkan
proses hijrah spiritualnya, sejak membaca buku itu, ia ingin mengenal lebih
jauh tentang Islam.
Kemudian,
atas kehendak Allah, bertemulah Cecar dengan Yulie Setyohadi, kepadanya,
dia mengatakan ingin mengenal Islam lebih jauh. Akhirnya, wanita ini menganjurkan
dia mencoba menjalani dulu kehidupan sebagai seorang Muslim.
Bulan
Ramadhan 1434 lalu ia ikut berpuasa. Cecar menuturkan, sebulan dia hanya
batal dua kali.
Sampai suatu
hari, dia mengunjungi Masjid Dian Al-Mahri atau yang terkenal dengan nama Masjid
Kubah Emas di Depok. Saat sedang mengagumi arsitektur masjid yang megah,
seorang tukang foto menghampirinya.
Sejumlah jamaah menyaksikan Duta besar Paraguay, Cecar Estebon Grillon mengucapkan dua kalimaat syahadat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/9). (Republika/Agung Supriyanto) |
Ikut berbuka
puasa di masjid itu, Cecar merasakan kehangatan. Dia mengatakan, orang-orang
sangat ramah kepadanya, membuatnya tersentuh. Dia tidak merasa sebagai orang
asing, padahal dia berperawakan bule sendiri saat itu.
Sejak
mengucapkan syahadat, ia berkomitmen untuk menginformasikan kepada penduduk di
negaranya, khususnya, dan akan menunjukkan kepada mereka bahwa Islam tidak
seperti apa yang sejauh ini dilaporkan oleh media barat. “Saya akan melakukan
yang terbaik untuk menunjukkan cara hidup Islam. Saya harus menjadi contoh, ”
katanya.
Melalui
Islam juga, kisah cinta Cecar dengan Yulie dimulai. Pasangan itu akhirnya
menikah pada November 2013. (HUMAS*Zes)