Hi, I'm Azies welcome to my space. This is a documentation of stories and experiences of my life.

28 Desember, 2013

Bioenergi dari Limbah Agroindustri



INOVATIF: Mahasiswa dan mahasiswi IPB yang inovatif dalam sebuah acara penghargaan, didampingi dosen
mereka.
SAAT memakan buah pisang, kita pasti akan langsung membuang kulitnya. Siapa sangka, sekarang limbah dari buah pisang bisa dimanfaatkan menjadi sebuah panganan. Nata debanana adalah salah satu olahan yang berhasil dibuat dengan bahan baku kulit pisang. Inovasi ini pertama kali dicetuskan oleh Komunitas Eksperimen Kimia Akademi Kimia Analisis Bogor. Mereka menyulap kulit pisang menjadi olahan yang manis dan nikmat.

Ide ini muncul ketika beberapa dari mereka sedang membeli gorengan. Terlihat betapa banyak limbah kulit pisang yang dibuang begitu saja. Selain itu, kulit pisang yang terbuang sembarang tentu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Walaupun, kulit pisang merupakan bahan yang mudah terdegradasi. Menurut Ketua Komunitas, Ludhy Anshory, nata de banana dikerjakan cukup lama saat proses fermentasi. “Namun dalam proses pengolahannya, bukanlah hal yang sulit dan bisa dilakukan dalam industri skala rumahan," ujarnya.

Meski demikian, pengerjaan produk satu ini bukanlah tanpa kendala. Ludhy mengaku mengalami tiga kali kegagalan. Kegagalan ini di antaranya disebabkan oleh masih terkandungnya biji pisang, kurang sterilnya alat dan bahan, serta kesalahan dalam penambahan bakteri. Namun, kesalahan-kesalahan ini dapat dihadapi dan akhirnya terciptalah sebuah produk nata de banana. 
 
Bukan hanya inovasi berbahan baku limbah kulit pisang, komunitas ini juga melebarkan inovasinya dengan bahan baku kulit nanas.(shinta) SELAIN mengolah produk pertanian agar mempunyai nilai tambah tinggi, agroindustri juga menghasilkan nilai tambah terhadap limbah yang dihasilkan dengan cara memprosesnya menjadi bioenergi. “Berdasarkan hasil penelitian industri kayu lapis yang memproduksi kayu lapis 200 ribu meter kubik per tahun dapat menghasilkan 32 persen limbah padat. Jika sebagian besar limbah ini diubah menjadi energi alternatif, maka pemasukan yang bisa diraup senilai Rp 131, 038 miliar per bulan,” ungkap Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Prof Nastiti Siswi Indrasti, pada rilis yang diterima redaksi Radar Kampus, Selasa (17/9).

Seperti industri kayu lapis, hasil penelitian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB menunjukkan bahwa industri tebu yang memproduksi gula sekitar 480 ton per jam, dapat menghasilkan limbah 150 ton per jam yang dapat diubah menjadi 19.250 Kwh. “Penelitian terbaru juga demikian. Setiap satu ton limbah industri tepung singkong dapat diubah menjadi 4.100 liter biogas. Tiga industri tersebut hanya sebagai contoh bahwa limbah agroindustri dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bioenergi. Ini seiring dengan kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan untuk mengatasi krisis energi,” papar Prof Nastiti, dalam sambutan dalam acara 2nd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry (ICAIA), di IPB International Convention Center (IICC).

Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama IPB, Prof Anas Miftah Fauzi berharap dapat dirumuskan berbagai terobosan terkait tiga isu yakni inovasi berbasis agroindustri, respon perubahan iklim berbasis agroindustri dan agribisnis yang berkelanjutan (lestari). “Kami berharap dalam pertemuan ini kita dapat saling berbagi informasi, pengetahuan dan merumuskan terobosan baru tentang tiga isu tersebut,” terangnya.

Dalam pertemuan internasional ini, Prof Anas menyampaiakan apresiasi kepada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB yang sudah terakreditasi internasional, sekaligus me-launching Double Degree Program antara Master of Science in Agroindustrial Technology, IPB dengan Master of Applied Innovation and Entrepreneurship, Universitas Adelaide Australia.

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB memperoleh akreditasi internasional dari Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET), Amerika Serikat. Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis IPB ke-50 ini menghadirkan narasumber dari berbagai negara diantaranya Amerika Serikat, Australia, Indonesia, dan Jepang.(*/radar kampus)

adds