Saya bekerja disalah-satu Kampus Islam Swasta di Kota Bogor sebagai humas, dan sore ini saya mendapatkan pengalaman berharga yang mungkin dapat bermanfaat bagi temen-temen semua.
Seperti biasa selepas sore tiba, setelah seluruh karyawan pulang, biasanya saya meluangkan waktu untuk belajar, atau setidaknya menulis atau membaca buku terkait hal-hal yang ingin saya ketahui dan pelajari, dan mumpung pengalaman ini belum terlupakan, alangkah baiknya jika saya menungkan pengalaman ini ditulisan saya, semoga ini bermanfaat.
Seperti biasanya sebelum pulang, kali inipun saya menyempatkan untuk membaca salah-satu buku yang baru saya beli. namun sedang asik-asiknya membaca, dalam keheningan ada hentakan kaki menghampiri ruangan dan menyapa dengan ucapan selamat sore, setelah saya hampiri, ternyata ada tamu, seorang wanita muda berpakaian style kantor dengan rambut terurai panjang bermaksud ingin mencari informasi terkait penerimaan mahasiswa baru yang kemudian saya terima di meja informasi.
Saya mengawali percakapan dengan pertanyaan standar yang biasa diutarakan ketika ada calon mahasiswa mencari informasi. Apa yang bisa saya bantu jelaskan?, tanya saya, dan pertanyaan pertama yang dia utarakan adalah:
Bisakan saya perempuan yang tidak berhijab(jilbab) menjadi mahasiswa disini?
Sontak jawaban yang simpel itupun saya jawab dengan pertanyaan lagi, mengapa tidak?, lantas perempuan itupun tersenyum dengan memberikan pertanyaan lanjutan, kan ini kampus islam, bukannya disini diwajibkan untuk berjilbab? selewat pertanyaan ini memang simple, namun lebih daripada itu saya mulai tertarik dengan apa yang dia utarakan, nampaknya saya harus menjawab dengan ekstra hati-hati.
Ba, mohon maaf, yang mewajibkan berhijab untuk perempuan muslim itu bukan kampus, tapi Allah. jika memang ba merasa muslim, dan menerima sepenuhnya ajaran islam ya harusnya diikuti. hijab bagi seorang muslimah adalah kehormatan dan bukti keimanan serta ketaatannya pada agama, nah sebagai institusi atau kampus islam, kami punya kewajiban mengikuti aturan islam juga, karena hijab itu wajib maka, dikampus inipun diwajibkan, sekali lagi ini bukan peraturan kampus tapi peraturan agama. dipun mengangguk tanda setuju dan tak lama dia bertanya kembali, WALAUPUN BUKAN SEORANG MUSLIM?, tetap dikampus ini harus menggunakan kerudung?, dan bila saya ga mau, apakah saya ga bisa kuliah disini?
Saya pun menjawab dengan senyuman, nah kalo itu beda lagi aturannya, jika emba perhatikan jawaban saya tadi, saya menyampaikan yang mewajibkan menggunakan hijab itu bukan kampus tapi Allah, itupun diwajibkan bagi seorang muslimah, sebagai bukti ketaatan dan keimananya, jadi kalo emba memang non muslim, ga ada kewajiban ba kuliah disini harus berhijab, itukan perintah agama, kalo ba non muslim kami tidak boleh memaksa mba dengan apa yang tidak emba yakini, Tapi walaupun mba non muslim, jika mba ingin kuliah dikampus kami, kami dengan senang hati menerima mba. Dari penjelasan yang saya jelaskan kepadanya, sepintas dia merasa puas, namun ternyata diapun mengajukan pertanyaan berikutnya.
Mas, boleh ga saya tanya hal lain? apatuh ba, silahkan selama saya bisa jawab ba, Kemudian wanita itupun melanjutkan pertanyaannya. Gini mas, saya tu kan non, tapi saya jujur pengen sekali masuk di kamapus ini, saya tertarik di jurusan hukum, tapi sebenernya pertanyaan saya ga nyambung dengan itu, pertanyaan saya
Apakah saya yang non muslim ini ga bisa masuk surga? walaupun saya melakukan banyak kebaikan, saya ini pekerja sosial mas, saya sudah bekerja di lembaga sosial, setiap hari saya berbuat baik, membantu orang susah, membantu orang sakit, terlantar, orang tua jompo, dll, kurang apa coba, APAKAH SAYA TETAP GA BISA MASUK SURGA? terus apakah saya masuk neraka, bukannya TUHAN ITU MAHA PENYAYANG, tapi kenapa harus diciptakan neraka, kalo emang benar dia maha penyayang ya masukan aja semua ciptaanya ke surga?
Waduh, pertannya mulai serius ini, walau menurut saya berat dan sama sekali ga punya dalil terkait ini, tapi ketika ada orang yang nonmuslim bertanya dengan kesungguhan, saya mencoba untuk menjawabnya dengan hati hati agar tidak menyakiti dan dengan logika agar masuk diakal dia, nah bagi yang membaca, mohon koreksi dan sarannya, berikut penjelasan saya kepada dia.
Ba, sekali lagi ini jawaban objektif saya ya, kalo salah ini hanya keterbatasan ilmu saya dalam menjawab, karena mba non muslim, saya ga akan pake dalil agama dalam menjelaskan ini, karena percuma mbapun tidak meyakini Alquran, jawaban saya sebenernya simple, menjawab pertanyaan mba, saya akan gunakan satu cerita yang sama seperti posisi mba saat ini, tapi sebelum bercerita, saya tekankan dalam islam, masuk surga itu hanyalah Allah yang bisa memutuskan, bukan dari banyaknya pahala atau sedikitnya dosa kita.
Tapi terkait dengan itu begini ceritanya, mba ingin sekali menjadi mahasiswa disini, namun mba malas untuk memndaftar atau registrasi seperti mahasiswa yang lain karena mba punya prinsip yang penting saya pintar.
Dalam berjalannya waktu, ketika orang kuliah, mba ikut kuliah, ketika yang lain mengerjakan tugas kuliah mba pun ikut mengerjalan tugas, bahkan jauh lebih baik daripada yang lain, hal tersebut mba lakukan seperi mereka yang kuliah pada umumnya.
Dalam kuliah sang dosen akan memiliki beberapa peran, begitupula sang mahasiswa, peran dosen adalah, memberikan materi dengan tatapmuka sesuai sks perkuliahan, mengabsen, memberikan tugas, dan menilai kinerja mahasiswa lalu kemudian akan memberikan legalitas kelulusan seperti sertifikat atau ijazah jika sang mahasiswa tersebut bisa mengikuti peraturan terkait akademik disatu kampus tersebut. mba setuju sampai disitu. iapun mengangguk tanda setuju.
Baik saya lanjutkan, sementara mba mengikuti selayaknya orang kuliah, diperjalanan waktu dilakukanlah ujian, mba dengan penuh kesungguhan belajar, menghapal dll, hingga ujian itu berlangsung, dan nilai pun dibagikan ternyata karena dosennya sangat PENYAYANG, maka semua nilai yang diberikan dosen itu sama, nilainya A semua atau lulus semua kecuali emba, padahal jelas-jelas mba tahu, teman eba yang disamping, masuk juga ga pernah, absen selalu nitip, dan ujianpun nilainya buruk atau bahkan nyontek jawaban mba, tapi dalam daftar kelulusan semua nilainya sama rata? apa yang akan ba lakukan?
perempuan itupun dengan semangatnya menyampaikan, YA GA ADIL dong mas, saya akan PROTES, ngapain kita ngerjain tugas, ada ujian, ada absen, dll kalo hasil akhirnya semuanya sama dikasih A terus kenapa saya ga dikasih nilai? , jadi ga adil itu.
Ok, kita lanjutkan lagi ceritanya, anggap MBA protes, bilang ga adil sama dosen itu, kemudian sang dosenpun menganulir nilainya tadi dan melakukan ujian ulang, dalam ujian ulang sambil membagikan soal, sang dosen pun memberikan kunci jawabannya ke seluruh peserta ujian, lantas apa yang akan mba lakukan lagi, padahal ba tau ba sudah menghapal, belajar memahami apa yang pernah dosen jelaskan sebelumnya sementara yang lain datang aja ga pernah? hanya ikut ujian aja?
Mba itupun menjawab lagi, atu kalo gitu ngapain ada ujian, sama aja bohong, dengan nada sedikit kesal itulah jawaban dia.
Ok, kita lanjutkan lagi, anggap masalah dosen tadi sudah beres ya ba, dengan hasil akhir semua nilainya sama (A) semua kecuali mba ga ada nilai sama sekali, dan ketika kelulusan tiba, semua orang dibagi ijazah kecuali Mba? lantas mba bertanya kepada pihak kampus, mengapa saya ga dapat ijazah, saya sudah mengerjakan tugas, ikut ujian, selalu hadir tepat waktu, mengapa saya ga dikasih ijazah,
Jawaban pihak kampus ke mba, hanya bertanya balik, maaf anda siapa? ketika emba kasih biodata misal KTP, kemudian pihak kampus kroscek ke daftar mahasiswa yang terdata dikampus, ternyata biodata mba ga ada sama sekali, masalahnya karena mba tidak melakukan registrasi diawal masuk, pertanyaan saya apakah pihak kampus bisa memberikan atau mengeluarkan izasah atasnama mba.
Wanita itupun menjawab dengan yakin, oh iya ya saya kan tadi ga daftar! ya ga mungkin, kan saya ga terdaftar, wlau mba kuliah dan mengerjakan ujian? walau saya kuliah kalo data saya ya iya saya ga ada nilai dan kampuspun ga mungkin kasih saya ijazah tutup dia dengan tersenyum.
Nah ba, cerita inipun sama logikanya seperti pertanyaan mba, apakah mba bisa masuk surganya kami yang islam, walau mba sudah berbuat baik banyak sekali? jawabannya tidak, karena bma tidak terdaftar sebagai muslim seperti mna minta nilai dan izasah tadi,
Bukannya tuhan maha penyayang? iya Allah itu maha penyayang, buktinya sama orang yang tidak beribadah serta tidakyakin sama Diapun, Allah masih kasih hidup, rizki, dll.
Lalu kenapa harus ada mahluk yang ia ciptakannya masukan kedalam NERAKA? jawabannya karena Allah selain punya sifat MAHA PENYAYANG, Allah pun punya Sifat MAHA ADIL, dunia layaknya tempat ujian, dalam islam, kita meyakini bahwa sebelum manusia dilahirkan kedunia, Allah melalui para malaikatnya sebelumnya melakukan semacam kontrak dengan manusia terkait keimanan kepadanya, dan semua yang terlahir kedunia menyatakan beriman, serta terima konsekwensi terhadap iman itu dengan siap menerima ujian di dunia, lantas setelahnya kita diturunkan kedunia untuk diuji terkait baik buruknya kita, jika baik, mengikuti perintahnya, maka Allah jaminkan surga sebagai reward dan motivasi untuk kita selalu baik, jika tidak mau mengikuti perintahnya maka Allah sudah siapkan funismentnya yaitu neraka, Adilkan?
Wanita itupun menjawab dengan yakinnya dengan berkata IYA sih masuk logika ADIL..
namun saya masih rada bingung mas, kalo mas bilang tadi sebelum kita dilahirkan dedunia kita buat semacam kontrak sama tuhan, kok saya ga yakin ya, saya ga ingat sama sekali?
Dengan senyum, saya jawab, bukan cuma mba yang ga ingat, seluruh manusia didunia inipun ga akan ada yang ingat, kalo ada yang ingat, kita pernah melakukan kontrak sama tuhan sebelum dilahirkan, lantas mengapa kita ada didunia, yang notabenenya tempat kita diuji, langsung aja masukan kita ke surga, kaya tadi, ngapain ada ujian kalo kunci jawabbnya dosen kasihkan juga... he..
Dengan muka sedih wanita itupun menyatakan terimakasih dan pamit pulang...
CATATAN 2 JULI 2018
Semoga memberi hikmah
Nudin Al-Azies